Mohon tunggu...
Cuap Cuap
Cuap Cuap Mohon Tunggu... Freelancer - Tukang gambar kehidupan

blog uwanurwan.com IG @uwansart

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Rasakan Kelezatan Unik: Segera Sajikan Teh Daun Murbei!

20 September 2023   09:59 Diperbarui: 20 September 2023   10:00 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kredit: www.uwanurwan.com

Pada pagi yang penuh cerah, cahaya matahari memeluk jendelaku dengan kelembutan yang luar biasa. Itu adalah tahun 2016, awal dari perjalanan yang tak terlupakan, perjalanan yang akan mengubah hidupku selamanya. Saat itu, teh Camelia sinensis adalah sekadar tamu dalam hidupku, muncul hanya saat momen-momen istimewa atau pertemuan dengan orang-orang tersayang.

Namun, kisah cintaku dengan teh Camelia sinensis takdirnya dimulai dengan cangkir teh yang begitu sederhana. Suatu pagi, ketika aku sedang mengantarkan seorang teman ke kosan barunya, permintaannya terasa spesial. "Bu, bisakah Anda membuatkan teh hangat untuk Uwan agar badannya terasa lebih nyaman?" Awalnya, aku merasa agak enggan, harus turun setiap pagi hanya untuk memesan secangkir teh. Namun, ibu kos dan anaknya dengan hangat menghadirkan secangkir teh manis yang lezat. Seiring berjalannya waktu, peran-pun berbalik, dan aku yang mengetuk pintu mereka, berkata, "Bu, bolehkah aku memesan tehnya?" Begitulah, ritual pagi yang manis itu berlangsung.

Tentu saja, awalnya, teh itu terasa terlalu manis bagi lidahku yang lebih suka sensasi tawar. Namun, menikmati kehangatan yang disajikan oleh teh Camelia sinensis adalah sebuah kenikmatan yang tak tergantikan. Tubuhku yang kaku dan malas setelah bangun tidur tiba-tiba menjadi penuh semangat setelah menyeduh teh Camelia sinensis itu. Maka, dengan alam semesta yang mendukung, aku membuatnya menjadi sebuah ritual pagi yang tak tergantikan.

Menghadirkan secangkir teh hangat di pagi hari adalah seperti memberikan ciuman pertama pada matahari yang baru terbit. Aku memilihnya di atas semua minuman lainnya. Merek mana yang paling aku cintai? Ada beberapa, tapi sejak aku kembali ke kampung halamanku di Situbondo, aku memutuskan untuk menciptakan seni sendiri. Teh Camelia sinensis yang selalu dalam jangkauan, tersedia di swalayan dan toko modern. Pilihan melimpah, tapi dalam hatiku, teh tubruk adalah yang paling istimewa. Aku terpikat oleh aroma kentalnya, terutama ketika bunga melati kering menari dalam kehangatannya. Aku suka menyeruputnya sambil menjelajahi dunia media sosial, seperti penjelajah yang menapaki jejak waktu.

Aku menyebutnya sebagai "teh premium," meski harganya hanya berkisar di bawah 10 ribu rupiah. Sebenarnya, Indonesia menghasilkan teh Grade A yang berkualitas tinggi, tetapi sayangnya, kebanyakan dari mereka diekspor dan dijual dengan merek-merek asing di negara-negara lain. Perkebunan teh tersebar luas di berbagai penjuru Indonesia. Bahkan, mataku pernah menangkap keindahan beberapa varian teh Camelia sinensis dengan harga yang jauh lebih tinggi, karena mereka adalah produk impor. Kualitasnya begitu jelas mengungguli saudara-saudaranya di pasar dalam negeri.

Namun, saat setiap pagi datang dengan secangkir kehangatan, aku merasa ada yang hilang, sebuah keinginan yang membakar jiwaku untuk mengeksplorasi lebih jauh. Aku ingin menciptakan sesuatu yang baru, sesuatu yang akan menarik mata, sekaligus menggoda lidah. Aku memulai pencarianku dan menemukan inspirasi di dalam halaman rumahku, daun murbei. Menyeduhnya menjadi teh adalah awal petualanganku yang baru.

Kredit: uwanurwan.com
Kredit: uwanurwan.com

Di awalnya, hanya rasanya yang menggoda, apalagi jika aku menambahkan sedikit pemanis alami. Aku pun merasa lebih bugar sejak rutin minum teh herbal. Tapi lama-kelamaan, aku merasa kurang puas dengan tampilan daun murbei yang terlihat seperti daun-daun kering di dalam gelas. Pencarianku berlanjut, dan setelah beberapa bulan, aku mendapatkan ide cemerlang untuk mengemasnya dalam kantong teh, membawa sensasi baru yang menarik. Aku berburu kantong teh secara online dan memilih yang paling terjangkau. Namun, kantong-kantong teh itu terabaikan dalam kotak selama berbulan-bulan.

Namun, di Februari 2023, aku akhirnya mengambil langkah besar. Kontrak kerjaku akan berakhir, dan aku memutuskan untuk menjual kehangatan itu kepada orang lain. Aku mulai memanen daun murbei dan daun kelor, serta membeli serai di pasar. Aku mengemas semua kebaikan ini dengan rapi dalam kantong teh yang siap menggoda lidah. Meskipun kemasan dan label masih dalam tahap uji coba, begitulah, bisnisku bernama "Lamina Tea" lahir.

Kredit: uwanurwan.com
Kredit: uwanurwan.com

Maret 2023 membawa berkah, karena itu saat aku mulai mendapatkan pelanggan pertamaku. Alhamdulillah, banyak dari mereka datang melalui Twitter. Namun, saat akun Twitterku tiba-tiba di-suspend, aku merasa seperti kehilangan potongan hatiku. Promosi di Instagram ternyata tidak seefektif di Twitter, dan jumlah pembeli mulai menurun.

Kredit: uwanurwan.com
Kredit: uwanurwan.com

Meskipun demikian, aku tidak terlalu khawatir jika bisnisku berjalan lambat. Aku tetap setia kepada teh daun murbei, teh daun kelor, teh serai, dan seluruh teh-teh lainnya yang aku sajikan setiap hari. Itu bukan hanya bisnis bagiku, tapi juga cerita tentang bagaimana minuman yang hangat dapat membawa kita ke tempat-tempat yang tak terduga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun