Mohon tunggu...
Cuap Cuap
Cuap Cuap Mohon Tunggu... Freelancer - Tukang gambar kehidupan

blog uwanurwan.com IG @uwansart

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Dari Coretan Tak Bernilai hingga Dibeli untuk Disulap Jadi Sampul Buku Puisi

15 September 2023   11:19 Diperbarui: 15 September 2023   11:45 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai penggemar seni, aku selalu senang menciptakan berbagai bentuk di atas kanvas dan kertas, termasuk gambar doodle, lukisan kanvas, dan ilustrasi surealis. Aku sering berbagi karya-karya ku di platform Facebook. Ini semua terjadi ketika Instagram belum mencapai puncak popularitas seperti yang kita lihat sekarang. Waktu itu, Facebook adalah panggung utama kita untuk memamerkan eksplorasi visual kita. Dan pada saat itu, aku belum pernah berpikir untuk menghasilkan uang dari passion ini; bagi aku, itu hanya tentang pamer karya seni.

Platform media sosial saat ini memberikan kita kesempatan untuk menjalankan pameran online kita sendiri tanpa perlu panitia penyelenggara. Teman-teman kita dan orang-orang yang ingin terhubung dengan kita di media sosial adalah penonton setia kita. Pameran online yang kita buat bisa berlangsung selama 24 jam sehari, selama kita memiliki akses internet dan selama orang mau melihat dan mengapresiasi karya kita.

Aku sangat bersyukur pernah memamerkan gambar doodle dan ilustrasi surealisku di media sosial. Suatu hari, temanku mengajak untuk mengikuti tantangan menggambar selama 30 hari, dan aku dengan semangat menerima tantangan tersebut. Pada hari kelima tantangan itu, aku menciptakan ilustrasi surealis yang menampilkan sosok laki-laki berkulit oranye dengan tangan panjang yang menjulang ke atas, seperti sosok cacat dengan perban melingkari kepala. Sosok itu tampak sedang berdoa, memandang langit.

Kredit: Uwan's Art
Kredit: Uwan's Art

Ilustrasi surealis ini aku buat di atas kertas, yang merupakan bagian dari buku catatan menggambar pribadiku. Aku menggunakan spidol, drawing pen, dan pensil untuk menciptakan karya ini. Aku juga menambahkan keterangan yang mencurahkan makna mendalam tentang bagaimana seseorang yang tidak sempurna masih memiliki nilai yang besar. Ini adalah refleksi diriku, sebuah perjalanan introspeksi, dan perubahan pandangan terhadap diri sendiri serta hubungan dengan orang lain.

Tak pernah terlintas di pikiranku bahwa ilustrasi ini akan membawaku ke dalam dunia yang baru. Ilustrasi ini menghubungkanku dengan komunitas yang ahli dalam merangkai kata-kata indah, terutama dalam bentuk puisi. Suatu hari, aku menerima pesan dari Elisa Koraag, pendiri Komunitas Sastra PEDAS, yang meminta izin untuk menggunakan ilustrasi ku sebagai sampul buku kumpulan puisi mereka.

Aku merasa sangat dihormati dan dengan rendah hati menerima tawaran tersebut. Ilustrasi yang dulu aku anggap sepele, kini menjadi wajah dari sebuah buku kumpulan puisi. Tanpa banyak pertimbangan, aku setuju bahwa ilustrasi surealis ini akan menjadi bagian dari karya seni yang lebih besar.

Kerja sama ini membuka mataku pada peluang yang tak terduga. Ilustrasi yang selama ini aku pandang remeh, ternyata bisa menjadi sumber penghasilan dan meninggalkan jejak dalam karya orang lain melalui kolaborasi yang menakjubkan sebagai sampul buku kumpulan puisi. Ini memberiku keberanian untuk menjual karya ilustrasi ku, meskipun rasa percaya diriku masih perlu diperkuat.

Meski kurang pede tapi beberapa teman percaya dengan goresan tanganku. Ini salah satu ilustrasi pesanan yang lain (kredit: Uwan's Art)
Meski kurang pede tapi beberapa teman percaya dengan goresan tanganku. Ini salah satu ilustrasi pesanan yang lain (kredit: Uwan's Art)

Dalam dunia seni, perjalanan kita tidak pernah berakhir. Meskipun aku belum menguasai semua teknik dalam ilustrasi, desain, dan seni gambar, aku tahu bahwa setiap garis yang aku goreskan membawaku lebih dekat kepada keahlian yang lebih baik. Mungkin suatu hari, aku akan memiliki waktu dan sumber daya untuk mengikuti kursus-kursus yang diperlukan untuk perkembangan ini. Namun, sampai saat ini, aku tetap menggambar dengan passion, dan itulah yang terpenting. Semoga kisah perjalanan kita dalam dunia seni ini bisa menginspirasi kamu untuk menjalani hobimu dan berbagi karya di media sosial. Kita tidak pernah tahu kapan rezeki akan datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun