Kini, puisiku sering meluncur sebagai caption di Instagram. Meski mungkin tidak semua membacanya, itu tak masalah. Puisi adalah bahasaku untuk berbicara tentang perasaanku tanpa harus mengungkapkannya langsung.
Meski merasa kurang percaya diri, teman-temanku mendukungku. Gaya bahasaku dianggap unik dan berbeda. Mereka senang saat aku kembali ke gaya lama. Meski tidak selalu mulus, aku menerbitkan dua buku kumpulan puisi dan berkontribusi dalam beberapa karya bersama. Meski tanpa cetakan fisik, memiliki salinan digital adalah prestasi besar. Meski tak sampai puncak, aku meninggalkan jejak dalam perjalanan berpuisi ini, dan itu sangat berarti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H