Rio Dewanto bermain apik di Musikalisasi Sastra Monolog Para Romeo bersama Arie Walker dan Adjie N S. Pertunjukan monolog naskah drama Romeo dan Juliet karya Wiliam Shakespeare di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta menuai tepukangemuruh dari penonton.Â
Pertunjukan itu tak hanya menampilkan tiga romeo yang sedang bersakit-sakit karena cinta, tapi juga menggebrak pentas.Seberapa sering seseorang merasa senang sebelum ia mati. Mereka menyebutnya keringanan sebelum kematian. Itu adalah cuplikan kalimat yang dilontarkan dalam monolog itu. Â
Tak mau kehilangan identitas dalam budaya lokal, instrumen musik angklung dan tehyan pun menimpali. Naskah drama yang dibacakan berupa untaian kata-kata indah yang menurutku tak berbeda dengan puisi.Selalu ada tempat khusus dan spesial untuk pertunjukan semacam ini.Â
Benar kata Elisa Koraag, seorang penyair, penulis, sekaligus bloger, waktu itu di sela-sela perbincangan dengan teman-teman, dulu, Baca puisi tidak bisa di sembarang tempat. Harus ada ruangnya. Berbeda dengan menyanyi yang bisa di mana saja. Kalau baca puisi di kamar mandi, kita dikira gila.
Kemudian ketiga tokoh itu sama-sama mengucapkan kalimat ini, Ayolah racun yang pahit, datanglah! Kaulah penghuni keputusasaan, berulang-ulang. Kemudian ketiganya mati dengan menelan sebotol racun. Menutup kisah mereka, pria-pria yang di awal memanggil Juliet masuk satu per satu dan tergeletak di sana.
Monolog itu tak ada ubahnya dengan membaca puisi, di mana harus bermain dengan rasa, perasaan diri sendiri dan orang lain. Cara membacanya pun tentu berbeda dengan membaca koran. Ada penekanan-penekanan di setiap suku kata atau kata, ada ekspresi yang harus dibangun, dan dibawakan dengan cara tertentu.Â
Aku tak meragukan bagaimana Rio Dewanto, Arie Walker, dan Adjie N S bermain di atas pentas. Sebagai orang-orang yang sudah lama terlibat dalam dunia panggung sandiwara, tentunya mereka jago. Dan benar dong.
Yang menjadi catatanku lagi adalah pakaian yang dipakai oleh Rio Dewanto, Arie Walker, dan Adjie N S. Wow. Kemudian aku tahu kalau fashion desainernya adalah Temma Prasetyo. Temma Prasetyo tak sendiri. Ia menggandeng ilustrator, Han Candra, untuk berkolaborasi dalam koleksinya. Aku tak bisa menjelaskan dengan baik tentang desainnya, tapi aku mengaguminya. Bagus banget!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H