Sampai akhirnya waktu kuliah disarankan untuk ikut lomba kaligrafi dan akhirnya menang juara 1. Halah. Haha...Â
Tahun berikutnya ikut lagi dan TIDAK MENANG sodara-sodara. Lagi-lagi saya harus sadar diri karena gambar saya standar. Tidak ada yang spesial.
Biarpun gambar-gambar saya standar dan seringkali tidak penting, saya tetap menggambar di media apapun, termasuk meja di bangku kuliah. Haha...Â
Semakin ke sini teman-teman saya dulu sewaktu sekolah, yang gambarnya jauh lebih bagus dan jauh lebih rapi, ternyata kebanyakan sudah tidak menggambar lagi.Â
Atau kalau pun iya, paling hanya sekadar melepas stres lalu melanjutkan hidup. Makin tidak terlihat tanda-tanda gambar-gambar mereka muncul di media sosial. Kebanyakan sudah posting foto-foto kesibukan saat kuliah. Nah, saat masa-masa bekerja pun begitu. Makin tidak ada gaungnya lagi.
Diposting di Media Sosial
Lulus kuliah, bekerja di sebuah perusahaan, yang saya lakukan saat rapat adalah menggambar. Apalagi rapat yang berjam-jam membahas ini-itu yang tak kunjung selesai.Â
Biasanya saya tempel di meja kerja dan diposting di media sosial. Di meja kerja sempat penuh dengan gambar-gambar abstrak saya. Sampai pada suatu waktu ada teman datang dan bilang, "Gambar-gambarmu surealis ya."
Hah? Apa itu?
Ada banyak aliran lukisan, surealis, naturalis, realis, ekspresionalis, abstrak, dan lain-lain. Sampai saat ini sebenarnya memang tidak paham benar apa dari aliran-aliran tersebut.
Setelah itu saya mulai mantap untuk menggambar sesuatu yang abstrak dan tidak jelas. Lagipula gambar-gambar semacam itu yang biasanya membuat bahagia.Â