Hari kedua Danone Blogger Academy Field Trip di Klaten, saya dan teman-teman diajarkan untuk mencuci tangan dengan efektif. Pertama basahkan tangan dengan air, kemudian lakukan beberapa langkah dengan mengusap telapak tangan, punggung tangan, sela-sela jari, dan kuku. Setelah dirasa cukup, bilas dengan air. Tidak perlu kucurkan air dari awal sampai akhir. Beberapa kran air hotel, mal, perusahaan besar, dan airport menggunakan sensor sehingga air tidak mengucur terus.
Menurut The United States Geological Survey Water Science School, sekitar 71% permukaan bumi tertutup air. Pasokan air total dunia setara dengan 322,5 juta mil kubik sementara itu lautan merupakan sekitar 97% dari keseluruhan air di bumi. Artinya hanya 3% air yang tidak mengandung garam. Dari total air tawar di dunia, 69% dibekukan di es dan gletser dan 30% lainnya di tanah, hanya 0,26% air dunia ada di danau air tawar, 0,001% dari seluruh air ada di atmosfer.
Jumlah air di bumi sebenarnya tidak pernah berkurang meski dipakai terus-menerus, seperti kata dua ilmuan, Antonie Lavoiser dan Michael Lomosonov, di mana massa zat dalam suatu sistem tertutup selalu konstan, meski terjadi berbagai macam proses di dalamnya. Air tidak pernah berkurang tapi berubah bentuk.
Perserikatan Bangsa-Bangsa perkirakan tahun 2050, populasi dunia akan tumbuh dan sebabkan permintaan air bersih meningkat sampai 30%. Lebih dari 80% limbah kotor masyarakat mengalir kembali ke lingkungan tanpa pengolahan kembali. Sedihnya lagi sebanyak 71% lahan basah alami dunia telah hilang sejak tahun 1900 akibat aktivitas manusia.
Data juga menyebutkan bahwa 2,1 miliar orang tidak memiliki air minum aman di rumah. Dari jumlah itu, sekitar 844juta orang tidak punya akses terhadap layanan air minum, termasuk sebanyak 253 orang melakukan perjalanan selama lebih dari 30 menit per perjalanan untuk mengumpulkan air.
Sekian kegelisahan itu masih terungkap fakta bahwa sekitar 159juta orang masih minum air yang belum diolah dan punya risiko kesehatan serius dari sumber air permukaan, seperti sungai dan danau. Juga ada 663 juta orang hidup tanpa persediaan air bersih yang dekat dengan rumah.
Kebutuhan  air  bersih  meningkat tiap tahun, sementara itu ketersediaan air bersih kian terbatas. Makin sempit daerah resapan, makin banyaknya pembangunan, dan makin banyak jumlah manusia di suatu wilayah. Semakin banyak manusia di suatu wilayah, limbah hasil aktivitas pun kian bertambah.
Di kota besar, jumlah penduduknya kian padat. Perantau akan terus datang, artinya pasokan air bersih akan berkurang. Di dataran rendah seperti Jakarta yang juga jadi kota besar, pasokan air bersih bergantung pada ketersediaan air tanah. Air tanah yang bisa beratus-ratus kilometer dari sumber air di pegunungan tentu menjadi kebutuhan tak terhindarkan.
Bagaimana dengan kita yang tidak punya banyak waktu untuk terjun ke lapangan? Saya rasa dengan menghemat penggunaan air, menggunakan deterjen ramah lingkungan, tidak membuang sampah dan kotoran lain ke perairan, menghabiskan minum sebagai bentuk tanggungjawab atas apa yang diperbuat sebelumnya, dan membantu masyarakat pecinta lingkungan dengan memberi donasi menurut saya perlu. (Uwan Urwan)