Kesulitan air bersih banyak dialami di beberapa daerah termasuk di Indonesia. Seperti yang dialami di di Desa Bea Muring, Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur. Desa Bea Muring cukup terpencil sampai listrik pun hanya menyala pada pukul lima sore hingga pukul 10 malam menggunakan generator solar.
"Kemudian Romo Marselus Hasan (pemuka agama di Desa Bea Muring, red) punya inisiatif membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)," kata Dody Senjaya, karyawan di sebuah perusahaan di Jakarta, saat berkunjung ke tempat itu. Awalnya ketersediaan air bersih bukan masalah, tetapi sejak keberadaan PLTMH jadi bermasalah.
Romo Marselus bersama warga berhasil menyediakan listrik untuk lebih dari 1.200 kepala keluarga yang terbagi dalam lima desa di NTT. PLTMH itu dikerjakan bersama masyarakat setempat dan dengan biaya sendiri. Lama-lama debit air sungai yang dipakai untuk PLTMH makin kecil, sementara itu kebutuhan air bersih terus meningkat. Untuk itu Dody dan teman-teman datang ke NTT dengan  melakukan penanaman pohon di pinggir sungai untuk mencegah longsoran dan agar debit air meningkat.
Menurut Dr Ir Nana Mulyana Arifjaya, solusi untuk mengatasi krisis air bersih adalah dengan tahan, hambat, dan resap; mendaur ulang air, konservasi air, membangun infrastruktur air, dan pendidikan konservasi air. Yang dilakukan oleh Jody dan Romo Marselus di NTT adalah menahan, menghambat, meresapkan dan membangun infrastruktur air.
Tak hanya itu, Jody dan teman-teman juga memberi edukasi kepada masyarakat untuk menjaga, melestarikan alam, sekaligus mendaur ulang air. Air kotor juga bisa didaur ulang menjadi air bersih dengan melakukan penyaringan bertahap. Di tempat lain, Jody bersama Komunitas Bckpacker Jakarta juga pernah melakukan penanaman mangrove di Muara Gembong, Bekasi.
Tak hanya Jody dan Romo Marselus, banyak orang ikut tergerak untuk melakukan perubahan, melindungi alam dari kemiskinan akan air bersih. Maya Rizano, karyawan di sebuah perusahaan finansial bekerjasama dengan WWF punya program dengan investasi 100juta dolar untuk konservasi air dan lingkungan.
Dalam jangka waktu lima tahun mereka akan melakukan konservasi dan pendidikan tentang air bersih di 10 negara, yaitu Cina, Afrika, Eropa, dan India. Di Indonesia sudah dilakukan di Sungai Pesanggrahan dan Klai Ciliwung.
Tak hanya ke masyarakat, tapi juga edukasi itu ditujukan kepada karyawan agar menghemat air rumah, dengan memakai alat penghemat kucuran air. Alat tersebut bisa menhemat sampai 40% air dari total kebiasaan. Hal lain yang mendapat perhatian juga kesadaran untuk tidak membuang sampah atau kotoran ke sungai atau perairan umum, juga dengan menanam pohon, dan buat serapan air untuk perbaiki lingkungan.
Fakta air
Kemudian saya melakukan survei kecil kepada 10 orang teman-teman dekat. Tiga dari 10 orang juga mengaku boros menggunakan air. Saat mandi menggunakan shower, air terus mengucur dari awal sampai selesai membersihkan badan.
Air kran di wastafel juga terus mengucur saat mencuci tangan, pun saat mencuci baju harus menggunakan air yang banyak, jika tidak sisa deterjen masih menempel di pakaian. Perilaku lain yang sebenarnya membuat prihatin adalah tidak menghabiskan minum saat mengambil minuman.