Mohon tunggu...
Uwais AlQarni
Uwais AlQarni Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Menulis dari Hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Covid-19 sebagai Penghambat Arus Migrasi Sirkuler

24 Oktober 2021   05:07 Diperbarui: 24 Oktober 2021   06:24 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo Semuaa... di artikel pertama saya kali ini, ada pembahasan yang cukup menarik nih tentang covid-19 dan dampaknya terhadap demografis. Mari kita simak bersama.

Covid-19 yang menyebar luas ke seluruh Indonesia bahkan dunia dan menjadi sebuah pandemi, menyebabkan manusia harus mulai membiasakan kebiasaan baru serta harus mulai beradaptasi dengan dampak-dampak yang ditimbulkan. 

Jika biasanya manusia dapat melakukan aktivitas secara bebas, bertemu banyak orang, dan dapat pergi ke tempat tujuan sesuai keinginan, nampaknya untuksaat ini pandemi masih menjadi batasan dalam melakukan hal-hal tersebut. Bahkan untuk bertemu anggota keluarga yang dicintai pun masih sulit dilakukan. Sungguh kondisi yang menyayat hati.

Kondisi tersebut benar-benar terjadi di Kota Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Gara-gara covid-19, migrasi sirkuler di Kota Bangil ikut terdampak. Kota Bangil yang notabene mendapatkan julukan sebagai Kota Santri, memang terdapat banyak sekali pondok pesantren dimana santrinya datang dari berbagai daerah di Indonesia. 

Nah, karena covid-19 melanda seluruh Indonesia, untuk mengatasi penyebaran covid-19 ini pondok pesantren di Bangil menerapkan berbagai peraturan dan pembatasan kegiatan jenguk-menjenguk dan kegiatan lainnya agar santri dan penduduk sekitar tidak terinfeksi covid-19. 

Penulis mencoba mengumpulkan informasi melalui wawancara dan observasi terkait kondisi ini. Hasilnya, penulis mendapatkan beberapa informasi terkait kondisi penanganan dan pembatasan yang dilakukan dari tiga pondok pesantren yang berbeda.

  • Pondok Pesantren Sidogiri.  Pondok Pesantren Sidogiri adalah salah satu Pondok Pesantren terkenal yang terletak di sebelah timur Kota Bangil. Meskipun berada di Kecamatan Kraton, tetapi banyak santrinya yang berasal dari berbagai daerah dari seluruh Indonesia, membuat penulis tertarik membahasnya. 

  • Penulis dalam mendapatkan informasi tentang kondisi pondok pesantren Sidogiri dari M. Alif Fikri fahmi atau biasa dipanggil Fahmi (21 Tahun) salah seorang teman yang alumni sekaligus wali santri. 

  • Fahmi menjelaskan bahwa untuk kegiatan belajar mengajar di dalam pondok sendiri berjalan aktif namun, untuk kegiatan jenguk-menjenguk masih tidak diperbolehkan. 

  • Memang pada awal penyebaran covid-19 dan PSBB masih diperbolehkan untuk jenguk-menjenguk. Tetapi, semakin lama kondisi semakin parah maka pengurus pondok pesantren Sidogri tidak mengizinkan jenguk-menjenguk hingga kondisi membaik dan sampai sekarang pun yang kondisi covid sudah mulai mereda, masih tidak diperbolehkan. 

  • Kegaiatn antara wali santri dan santri hanya diperbolehkan sebatas mengirimkan barang. Itupun wali santri tidak boleh bertemu santri dan hanya dititipkan kepada keamanan.

  • Dan kegiatan pondok pesantren Sidogiri lainnya yang menggunakan kebiasaan baru adalah Haul Virtual KH. Nawawi Abdul Jalil selaku pendiri pondok pesantren Sidogiri. Haul ini hanya dapat diikuti santri dan pengajar pondok saja. Untuk masyarakat dapat mengikuti melalui Live Streaming Youtube.

  • Pondok Pesantren Datuk Kalampayan. Pondok Pesantren Datuk Kalampayan ini terletak di Kauman, Bangil. Mayoritas santrinya berasal dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. 

  • Informasi ini penulis dapatkan dari pengamatan penulis. Sebelum covid-19 melanda, banyak orang-orang berdatangan dari Banjarmasin untuk mengikuti Haul setahun sekali. Bahkan para pedagang dari berbagai daerah ikut hadir meramaikan acara haul dengan berjualan di sepanjang jalan pondok. 

  • Dengan adanya covid-19, situasi pun ikut berubah. Haul menjadi virtual dan hanya boleh diikuti masyarakat Bangil dengan protocol kesehatan yang ketat. Sedangkan orang-orang dari luar daerah diperkenankan mengikuti secara virtual.
  • Pondok Pesantren Salafiyah. 

  • Pondok yang terletak tak jauh dari pondok pesantren Datuk Kalampayan ini juga tidak memperbolehkan adanya jenguk-menjenguk. Namun, menurut Nilla, salah satu santri pondok pesantren Salafiyah, mengatakan bahwa untuk saat ini sudah diperbolehkan tetapi tetap dengan protocol kesehatan yang ketat.

Keadaan diatas menjadi bukti bahwa covid-19 berdampak pada turunnya migrasi sirkuler di lingkup pondok pesantren di Bangil. Menurut Mantra dalam bukunya yang berjudul Demografi Umum, menjelaskan bahwa Migrasi Sirkuler adalah gerak penduduk dari suatu wilayah menuju ke wilayah lain dengan tidak ada niatan untuk menetap di daerah tersebut. Lalu bagaimana kondisi diatas dapat dikatakan sebagai Migrasi Sirkuler ?

Nah, jadi kondisi diatas dapat dikategorikan sebagai Migrasi Sirkuler karena datangnya masyarakat dari wilayah lain baik untuk niatan menjenguk putra-putrinya ataupun mengikuti acara Haul dan datangnya mereka tidak ada niatan untuk menginap dalam jangka waktu yang lama. Maka kondisi tersebut sesuai dengan konsep dari Migrasi Sirkuler.

Migrasi Sirkuler di Bangil melalui kegiatan jenguk-menjenguk atau haul yang biasa dilakukan sebelum pandemi, kini menurun akibat pembatasan dari pondok pesantren. 

Dan kondisi ini merupakan dampak pandemi covid-19 yang paling menonjol yang terjadi di Kota Bangil. Biasanya Kota Bangil selalu ramai khususnya hari Jum'at karena banyak orang tua yang menjenguk santrinya. 

Sebagai warga Kota Bangil, penulis sendiri berharap kondisi dapat berjalan normal seperti semula lagi karena merupakan momen berarti bagi para santri di Kota Bangil untuk bisa bertemu dengan orang tua dan keluarga yang dicintainya.

Lalu bagaimana keadaan kota kalian ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun