Mohon tunggu...
Ibe Karyanto
Ibe Karyanto Mohon Tunggu... -

developing better educational mode for better live

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dia Adalah Susi

6 November 2014   01:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:31 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang bukan Susi Pudjiastuti. Setiap orang tak perlu menjadi Susi. Susi adalah Susi. Tapi setiap orang perlu memilki 3 keutamaan yang dimiliki Susi; integritas, kemampuan dan wawasan. Dalam diri Susi ketiga hal itu bisa dilihat nyata pada tindakan, keberaniannya mengambil keputusan dan menanggung konsekuensi setiap keputusan. Beberapa pemimpin muda sekarang ini juga memilki tiga keutamaan yang dimiliki Susi.

Kenapa Susi menjadi lebih menarik perhatian dari pada yang lain? Kalau sepenglihatan saya, ada beberapa hal pada Susi. Pertama, ya karena Susi memilki 3 keutamaan tadi; integritas, kemampuan dan wawasan. Kedua, tiga keutamaan milik Susi bukan produk sekolah konvensional. Pada sisi ini Susi mematahkan mitos bahwa sertifikasi produk sekolah konvensional bukan satu-satunya jaminan hidup. Sekaligus pada sisi lain Susi membuktikan bahwa seseorang bisa memenuhi kebutuhannya , bahkan bisa memuliakan hidup dan kehidupan di sekitarnya melalui alternatif model pendidikan. Tentu Susi bukan satu-satunya person yang mematahkan mitos sekolah adalah segalanya. Masih ada banyak orang lain baik yang sudah kita kenal maupun yang belum.

Ketiga, Susi menarik perhatian karena perempuan. Bagi individu yang menghidupi kesadaran kesetaraan perempuan dan laki-laki tentu tertarik pada Susi karena kagum akan kehebatannya. Karena memang mahkluk seperti Susi di negeri ini masih termasuk langka. Tapi bagi kebanyakan anggota masyarakat kita yang menghidupi budaya ‘kebapakan’ sudah tentu akan merasa risih, menganggap aneh, asing kalau ada perempuan hebat mencuat ke permukaan. Banyak yang akan kebakaran jenggot (terminologi kebapakan lagi) melihat ada perempuan tegas memimpin, berani melawan yang ga bener, bersedia menanggung risiko atas putusannya.

Cukup banyak dari kita, utamanya yang menghidupi nilai ‘kebapakan’, yang kemudian tersinggung, sakit hati, ga bisa terima ada perempuan Susi yang mampu leading, tampil di depan dan memimpin. Dicari-carilah ‘ketidaklaziman’ yang diharapkan bisa merontokkan kehebatan Susi. Munculah kemudian komentar dengan nada nyinyir tentang Susi yang merokok, Susi yang bertato, Susi yang nyentrik dan Susi yang ini atau itu. Pandailah kita kalau sekadar memanjangkan litani keburukan orang. Sekali pun bagi banyak orang, ‘ketidaklaziman’ itu dipandang tak sebanding dengan integritas dan kehebatan seorang  Susi. Kaum nyinyir pun tak kalah akal. Dicarilah pasal-pasal normatif, ayat-ayat moral yang dianggap absah melegitimasi pandangan nyinyir mereka.

Jangan salah komentar nyinyir pada Susi, pada perempuan hebat tidak hanya muncul dari mulut kaum laki-laki, tapi juga muncul dari mulut beberapa perempuan. Di masyarakat yang mengamini budaya ‘kebapakan’ perempuan yang nyinyir terhadap kaum perempuan yang tampil lebih hebat dari kaum laki-laki adalah hal yang biasa. Bagi perempuan yang mengamini paham ‘kebapakan’ cukuplah kalau perempuan itu jadi ‘konco wingking’ (teman di belakang) kaum lelaki. Di antara kaum laki-laki, perempuan itu ‘nrimo ing pandum’ (terima kodratnya) saja. Kehadiran Susi dan perempuan hebat hanya akan mengusik kaum perempuan yang sudah merasa nyaman hidup dengan paham ‘bapakisme’.

Barangkali benar bahwa, seperti manusia umumnya, Susi punya kelemahan, lepas dari dia perempuan. Sejauh kelemahan itu tak merugikan atau tak menyakiti orang lain, biar saja itu menjadi tanggungan Susi. Hal yang pasti Susi adalah kenyataan baru yang tampil di permukaan dan saya terinspirasi untuk cari tahu lebih banyak dari mana dan bagaimana cara dia belajar sehingga bisa menjadi pribadi seperti itu. Buka berarti saya, sebagai rakyat Indonesia, akan mendiamkan kalau ibu Susi, sebagai menteri bertindak corupt, melakukan pelanggaran hak rakyat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun