Kabupaten Nunukan adalah kabupaten di Provinsi Kalimantan Utara, Indonesia, yang dibentuk pada tanggal 4 Oktober 1999 melalui pemekaran dari Kabupaten Bulungan. Ibu kotanya terletak di Nunukan, dengan luas wilayah sekitar 14.247,50 km dan populasi sekitar 208.303 jiwa (2022). Kabupaten ini memiliki semboyan "Penekindi Debaya," yang berarti "Membangun Daerah" dalam bahasa Tidung, dan berfungsi sebagai wilayah perbatasan dengan Malaysia, termasuk pelabuhan lintas batas ke Tawau.Â
Teknologi citra satelit dan citra udara telah berkembang menjadi alat penting untuk melacak dan memahami dunia sekitar kita di era modern. Pemetaan tanah, pemantauan lingkungan, manajemen sumber daya alam, dan banyak lagi adalah beberapa contoh aplikasi citra-citra ini, yang memberikan gambaran yang luas dan detail tentang permukaan bumi. Data citra beresolusi tinggi sangat penting untuk mendapatkan data spasial yang berkualitas. Namun, untuk memahami secara menyeluruh informasi yang terkandung dalam gambar-gambar ini, diperlukan pemahaman yang kuat tentang prinsip-prinsip dasar interpretasi gambar. Interpretasi gambar adalah proses menggali informasi melalui gambar.Â
Dalam interpretasi citra, berbagai komponen digunakan untuk membantu analis memahami dan menguraikan informasi yang tersembunyi dalam gambar. Citra adalah gambaran atau foto kondisi kenampakan permukaan bumi yang merupakan hasil dari penginderaan dari spektrum elektromagnetik. Hasil gambar tersebut akan ditampilkan pada layar atau bahkan mungkin bisa saja untuk dicetak. Interpretasi citra adalah proses mengidentifikasi dan menguraikan objek atau fenomena di permukaan bumi melalui berbagai unsur visual. Citra satelit adalah representasi visual permukaan bumi yang dihasilkan dari penginderaan menggunakan sensor di satelit. Citra ini berguna dalam berbagai bidang, seperti pemetaan, pengawasan lingkungan, dan analisis risiko bencana. Terdapat dua jenis citra satelit berdasarkan resolusi---resolusi rendah dan tinggi yang masing-masing memiliki aplikasi spesifik.
Artikel ini akan mengulas analisis kelebihan, kelemahan, serta cara penerapan unsur interpretasi citra di wilayah Kabupaten Nunukan, provinsi Kalimantan Utara. Penting untuk melakukan analisis mendalam mengenai kelebihan, kekurangan, dan interpretasi unsur citra di wilayah Kabupaten Nunukan. Saya, Uut Wulandari, NIM 2410416320030, dari Kelas B angkatan 2024 Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat, dalam mata kuliah Penginderaan Jauh yang dibimbing oleh Dr. Rosalina Kumalawati, S.Si., M.Si., melakukan analisis tentang Kelebihan, Kelemahan, dan Interpretasi Unsur Citra di Wilayah Kabupaten Nunukan.
Analisis 3 citra di wilayah Kabupaten Nunukan
1. Citra 1 (Landsat 8)
Landsat 8, diluncurkan pada tanggal 11 Februari 2013, dilengkapi dengan dua sensor utama: Operational Land Imager (OLI) dan Thermal Infrared Sensor (TIRS). Satelit ini menyediakan citra beresolusi tinggi dengan resolusi spasial 30 m untuk sebagian besar pita, 15 meter untuk pankromatik, dan 100 meter untuk pita termal. Satelit ini beroperasi dalam orbit sinkron matahari pada ketinggian 705 km, meninjau kembali area yang sama setiap 16 hari. Landsat 8 menangkap beragam data yang berguna untuk memantau perubahan tutupan lahan, kesehatan vegetasi, dan studi lingkungan.
Kelebihan:
1. Akses Data Terbuka: Data Landsat 8 tersedia secara gratis dan dapat diakses oleh semua pengguna. Ini memberikan peluang besar bagi peneliti di seluruh dunia untuk memanfaatkan citra satelit dalam berbagai studi dan aplikasi tanpa hambatan biaya.
2. Resolusi Spasial yang Tinggi: Resolusi 30 m untuk band multispektral dan 15 meter untuk band pankromatik memungkinkan analisis detail permukaan bumi, yang sangat bermanfaat dalam pemetaan lahan, analisis vegetasi, dan deteksi perubahan lahan.
3. Peningkatan Radiometrik: Landsat 8 memiliki resolusi radiometrik 12-bit, yang memungkinkan pengambilan gambar dengan kualitas lebih tinggi dan lebih detail dalam setiap pikselnya dibandingkan dengan Landsat 7.
4. Tanpa Masalah Striping: Tidak seperti Landsat 7 yang mengalami masalah "striping" setelah kegagalan instrumen pada tahun 2003, Landsat 8 tidak menghadapi masalah ini, sehingga memberikan data citra yang lebih konsisten dan bersih dari gangguan garis-garis yang mengganggu.
5. Cakupan Spektral Luas: Dengan 11 band spektral, Landsat 8 memungkinkan analisis yang luas dari berbagai fenomena di permukaan bumi, termasuk deteksi vegetasi, kualitas air, hingga pengukuran suhu permukaan.
Kekurangan:
1. Pengaruh Tutupan Awan: Seperti satelit lainnya, Landsat 8 sangat terpengaruh oleh tutupan awan. Ketika wilayah yang diobservasi tertutup awan, data citra yang dihasilkan akan menjadi kurang optimal untuk analisis.
2. Resolusi Temporal Terbatas: Frekuensi revisi setiap 16 hari membuat Landsat 8 kurang ideal untuk pemantauan fenomena yang membutuhkan data terkini dan sering, seperti kebakaran hutan atau banjir yang memerlukan respons cepat.
3. Proses Pengolahan Data: Data yang diperoleh dari Landsat 8 adalah data mentah yang memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum bisa digunakan untuk analisis. Pengolahan ini memerlukan keahlian khusus dan perangkat lunak tertentu, seperti ENVI atau ArcGIS.
4. Risiko Kegagalan Instrumen: Seperti satelit lain, Landsat 8 memiliki risiko kegagalan perangkat keras, yang dapat memengaruhi kualitas atau ketersediaan data dalam jangka waktu tertentu. Namun, hingga saat ini, Landsat 8 telah beroperasi dengan baik tanpa masalah signifikan.
5. Landsat 8 adalah salah satu satelit penginderaan jauh yang paling banyak digunakan di dunia. Keunggulannya dalam menyediakan data terbuka dengan resolusi spasial yang baik menjadikannya alat yang kuat untuk berbagai penelitian dan aplikasi di bidang pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Namun, kekurangannya seperti keterbatasan resolusi temporal dan dampak tutupan awan perlu diperhitungkan dalam analisis citra satelit.
2. Citra 2 (WorldView)
Citra Satelit WorldView adalah sistem pemetaan yang menggunakan satelit untuk menghasilkan gambar resolusi tinggi dari Bumi. Diluncurkan oleh DigitalGlobe, WorldView memiliki resolusi hingga 0.5 m untuk citra pankromatik dan 1.84 m untuk multispektral, memungkinkan analisis mendetail dalam berbagai bidang seperti pemantauan lingkungan, penelitian ilmiah, dan perencanaan kota134. Teknologi ini juga memfasilitasi pengawasan bencana alam dan menyediakan data cepat untuk respons darurat1. WorldView terus beroperasi meskipun telah melampaui masa hidup yang direncanakan3.
Kelebihan:
 1. Teknologi Canggih: WorldView menggunakan teknologi yang sangat maju. Resolusi spasialnya mencapai 31 cm dalam posisi nadir, yang merupakan yang tertinggi saat ini untuk citra satelit yang dijual secara bebas kepada public.
- Data CAVIS: Selain citra visual, WorldView juga mengumpulkan data CAVIS (Clouds, Aerosols, Vapors, Ice, and Snow) pada resolusi 30 meter.
- Resolusi Tinggi: Menyediakan resolusi spasial hingga 0,46 m untuk citra pankromatik dan 1,84 m untuk citra multispektral, memungkinkan identifikasi detail objek seperti bangunan dan jaringan jalan.
- Multispektral: Memiliki kemampuan menangkap data dalam beberapa spektrum, termasuk inframerah, yang bermanfaat untuk lingkungan dan perencanaan penggunaan lahan.
- Kecepatan Pengambilan Data: Dapat merekam area seluas 975 ribu km per hari, memberikan informasi terkini dengan frekuensi tinggi.
Kekurangan:
- Biaya: Meskipun data WorldView dapat diakses oleh publik, biayanya relatif tinggi. Pengguna harus mempertimbangkan anggaran ketika memilih untuk membeli data dari satelit ini.
- Keterbatasan Area: WorldView memiliki cakupan area yang lebih terbatas dibandingkan dengan satelit observasi bumi lainnya. Ini karena satelit ini fokus pada resolusi tinggi dan area tertentu saja.
- Ketergantungan pada Cuaca: Citra dapat dipengaruhi oleh kondisi atmosfer, seperti awan dan kabut, yang mengurangi kualitas data.
- Akurasi Terbatas: Meskipun memiliki resolusi tinggi, akurasi data seringkali lebih rendah dibandingkan dengan metode survei lapangan, dengan kesalahan posisi mencapai beberapa meter.
3. Citra Sentinel-2
Sentinel-2 adalah satelit penginderaan jauh yang dilengkapi dengan Instrumen Multispektral (MSI), yang mampu menangkap citra multispektral beresolusi tinggi. Satelit ini memiliki 13 pita spektral, dengan resolusi spasial berkisar antara 10 hingga 60 meter, dan dapat meninjau kembali lokasi yang sama setiap 5 hari, sehingga ideal untuk memantau tutupan lahan, vegetasi, dan sumber daya air. Data tersebut dapat diakses secara bebas dan digunakan secara luas untuk aplikasi seperti pemantauan lingkungan, pertanian, dan perencanaan kota. Kemampuan canggih Sentinel -2 meningkatkan analisis seperti Indeks Vegetasi Perbedaan Ternormalisasi (NDVI) untuk menilai kepadatan vegetasi.
Kelebihan
1. Akses Data Gratis: Data citra dari Sentinel-2 dapat diakses dan diunduh tanpa biaya, memudahkan pengguna dalam melakukan penelitian dan pemantauan.
2. Resolusi Tinggi: Dengan resolusi spasial yang tinggi, Sentinel-2 dapat memberikan informasi detail mengenai objek di permukaan bumi, meningkatkan akurasi dalam analisis.
3. Pengambilan Data yang Sering: Sentinel-2 memiliki satelit kembar, sehingga dapat memperoleh citra setiap 5 hari. Ini memungkinkan pemantauan yang lebih sering terhadap perubahan tutupan lahan dan kondisi lingkungan (Putra et al., 2023).
4. Banyak Band Spektral: Dengan 13 band spektral, Sentinel-2 mendukung analisis yang lebih mendalam terhadap berbagai jenis objek, termasuk vegetasi dan kondisi tanah.
Kekurangan
1. Pengaruh Tutupan Awan: Data citra Sentinel-2 dapat terpengaruh oleh tutupan awan, sehingga kualitas citra bisa menurun dalam kondisi cuaca yang tidak mendukung.
2. Respon Temporal yang Terbatas: Meskipun data diambil setiap 5 hari, Sentinel-2 tidak cocok untuk kejadian yang memerlukan pembaruan data secara cepat, seperti bencana alam atau kebakaran.
3. Proses Pengolahan yang Rumit: Data mentah yang dihasilkan perlu melalui pengolahan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk analisis, memerlukan keahlian dan perangkat lunak khusus.
4. Cakupan Terbatas di Daerah Kutub: Karena orbitnya, Sentinel-2 tidak dapat memberikan cakupan yang optimal di daerah kutub, membatasi aplikasi pemantauan di wilayah tersebut.
Interpretasi citra merupakan suatu proses mengidentifikasi dan menguraikan objek atau fenomena di permukaan bumi melalui berbagai unsur visual. Unsur-unsur interpretasi seperti rona, warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs, dan asosiasi tersebut memainkan peran penting dalam menafsirkan informasi yang terkandung dalam citra. Dengan menguasai unsur-unsur ini, analis mampu mengungkap data tersembunyi dan memberikan pemahaman mendalam terkait karakteristik fisik suatu wilayah. Melalui analisis yang tepat, citra dapat membantu mengidentifikasi pola-pola yang tidak terlihat oleh pengamatan biasa dan memberikan wawasan yang berharga bagi berbagai keperluan, termasuk perencanaan wilayah dan pelestarian lingkungan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI