"Aku membawakan sesuatu untukmu."
Gray membuka kotak penyimpannya, lalu mengeluarkan bola kecil berdiameter 15 cm berwarna putih bening. Â Di dalam bola kristal itu berpendar cahaya samar-samar seperti butiran salju yang jatuh ke tanah.
Melihat hal itu, sambil meringis kesal Ryan berkata kepada Gray. "Paman, aku sudah besar. Lagi pula aku laki-laki tidak main bola salju itu."
Gray tertawa geli. Lalu menjelaskan dengan sabar kepada Ryan.
"Bola kristal ini kami temukan di reruntuhan kuno yang kami duga tempat dulunya adalah Pusat Riset Komando Militer. Bola kristal ini bukan bola sembarangan. Ia tahan pecah, kami mengetesnya berkali-kali, dibakar, di jatuhkan, di pukul berkali-kali, di gergaji, bola itu tidak bergaret sama sekali. Karena pemimpin  hanya menganggapnya sebagai mainan maka aku diizinkan untuk membawanya. Bukankah adik perempuanmu ulang tahun beberapa hari lagi ?"
Wajah Ryan yang awalnya meringis menjadi berseri-seri mendengar perkataan Gray. "Paman, apakah maksudmu ini  aku berikan sebagai hadiah ulang tahun dariku untuk adikku ?"
Gray tersenyum melihat wajah sumringah Ryan. Ia mengangguk.
"Terima kasih paman."
Ryan mengambil bola putih kristal itu dan segera turun ke lantai satu. Ia bermaksud keluar mencari kotak pembungkus hadiah.
Di Lantai satu, orang-orang santai sambil menyantap makanan. Suasana yang santai dan penuh gelak tawa tiba-tiba di kejutkan oleh bunyi sirene tanda bahaya. Suara sirene peringatan ini berbunyi ke seluruh penjuru kota.
"Peringatan ... Peringatan ... Bajak Perahu Terbang menerobos kota. Para penduduk bersiap-siap ... " Â