Mohon tunggu...
Umar Rojana
Umar Rojana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

mencintai berbagi, mencintai traveling dan mencintai keluarga

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Air Doa dan Cinta Ayah

10 Maret 2014   22:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:05 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu itu putriku sakit, liburan seminggu kuhabiskan dirumah hanya untuk menemaninya. diawali dg demam, kemudian batuk tak henti2, hingga akhirnya muntah2 hampir 5-6 kali sehari. diperparah tak mau makan sama sekali, sampai 4 hari. hati org tua mana yang tak khawatir dan sedih?
Sejak awal panas ia sudah diberikan parasetamol, kompress, tp tetap saja. Ke Bidan, ke mantri, tak begitu ada perubahan. beberapa hari berikutnya ia makin terlihat lunglai dan saat kugendong langsung menyandarkan kepalanya dipundakku. Tidurnya tak nyenyak, terbangun oleh batuknya 3-4 kali semalam. sambil nangis tentu saja.
Akhirnya kami putuskan ke spesialis anak di RS Daerah di Mjl. Setelah dokter cek kondisi badan dan tanya2, ia minta cek darah juga. Putriku yg mungil ditusuk jarum di kedua lengannya (karena di tangan kiri nggak keluar). kasihan ia. Hasil lab keluar, kami syock, HB putriku hanya 7,9, HB normal untuk perempuan adalah 12-15 g/dL. Artinya sangat rendah, kata analis yang masih saudara kami ini dipastikan harus dirawat, ditransfusi 1-2 labu. Putrinya jg dulu sama, pdhl HBnya saat itu 9. Langsung kugendong putriku, kucium dan peluk ia erat.
Kemudian kami kembali ke ruang dokter, membaca hasil lab, dokter tiba-tiba diam, cukup lama, seperti bingung untuk memutuskan. kamipun hanya turut diam. Tapi entah atas pertimbangan apa, Ia kmudian memutuskan rawat jalan aja, diberi resep yang sampe 2 kali dicoret2. hanya berpesan kalau sampai nafasnya tersengal langsung saja bawa ke IGD katanya. tapi mudah2an masih bisa diasup dengan fitamin dan makanan katanya.
Sampai rumah, dikamar, istriku menangis, disamping putri cantikku yang tertidur dan sesakali merengek karena batuknya. kupeluk Ia dan kuyakinkan Ayin tak apa, berpegang pada keputusan dokter. Tak berapa lama ibu mertua telfon analis yg masih saudara tersebut, kemudian konsul ke Bidan kepala Puskesmas yg masih temannya jg, sarannya sama, transfusi. HB segitu nggak mungkin kekejer hanya dengan makanan, katanya.
Tiba waktu asyar, aku ambil wudlu dan shalat, berdoa sedekat2nya dengan Tuhan, aku menangis, memohon untuk kesembuhan putriku. Selesai shalat aku ambil segelas air, kubacakan fatihahah dan kubaca Al Quran yg aku khususkan untuk kesembuhan putriku. Selama kubaca ayat-ayat suci tersebut aku hanya memohonkan kesempuhan putriku. Selesai mengaji, kuminumkan air tersebut dan putriku minum seperti sangat kehausan, kemudian kuajak gendong ia. Malam itu aku  tidur lebih dekat dengannya, subhanallah demamnya turun, batuknya malam itu berkurang, dan terjaga beberapa kali saja tidak seperti hari sebelumnya. dan yg lebih menakjubkan, Esoknya ia mau makan walau beberapa suap, tidak ia lepehkan dan muntahkan. Ia sudah bisa tersenyum dan bermain dengan kami.
Bersamaan dengan konsumsi vitamin dan obat dari dokter, aku selalu menemani Ia, tidur pagi, siang, sore, malam aku berada disampingnya, hingga saat ia terjaga kupastikan bhwa aku disampingnya, bersamanya. Seminggu kemudian, kami cek HB putriku lagi, alhamdulillah naik walau tak banyak. karena kubaca2, dengan transfusi saja untuk naikin HB sampai normal harus 2-3 minggu katanya. sekitar seminggu kemudian lagi, kami bertemu saudara yg analis itu, ia cek mata putriku, Normal insya Allah katanya.
Kini putriku insya Allah sudah sehat, ia bahkan lebih aktif dari sebelumnya. Kami berencana cek HB-nya lg setelah satu bulanan saja. Setiap aku pulang, ia langsung minta gendong dan memelukku erat, bahkan seakan tak mau diajak siapapun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun