Putriku Arini Zulfa kini berusia 18bulan, kebisaannya sudah nggak bisa dihitung lagi. Ia pintar, cerdas, punya inisiatif, banyak akal dan lucu tentu saja, karena memang semua bayi dilahirkan lucu kayaknya :).
Beberapa bulan lalu saya mengajak anak saya renang, maksudnya ingin ngasih "kegembiraan" buat dia, karena saya pikir semua anak pasti suka main air, sekaligus denger2 (baca2) renang sangat baik untuk membantu perkembangan sel-sel motorik maupun sensorik. Memang saya agak terlambat memperkenalkannya pada "renang".
Tapi saat acara renang itu dimulai, Â harapan itu nggak 100% terjadi, alih-alih melihat anak saya gembira main air, ia malah ketakutan. Saat saya gendong dan ajak masuk ke air, memang ia seperti senang, tapi rasa takut ternyata lebih menguasainya. Ia memeluk erat, tangannya, kakinya, tak mau lepas dari badanku. Saya paksakan juga tetep tak bisa, Ia merengek. Hanya saat saya diam, dia ketawa-tawa (tetep sambil takut), saat saya coba lepas, merengek lagi.
Saya heran dan agak kecewa juga. Kemudian beberapa saat saya ajak ia naik dari kolam, saat berada ditepian, Ia melonjak2 dalam pelukan saya, dan saat keluar agak jauh dari kolam, eh ia juga nunjuk2 dan ketawa2 melihat orang2 main air. Akhirnya saya memahami, Ia memang suka main air, tapi volume air yang begitu luas di kolam tersebut, sepertinya membuat ia takut.
Beberapa minggu selanjutnya, saya dan istri mulai mengenalkan air dalam volume lebih luas dari sekedar ember tempat dia mandi. Semata-mata bukan hanya untuk renang, tapi lebih kepada bagaimana ia bisa mengatasi ketakutannya pada hal-hal yg memang tidak semestinya dia takuti. Saya ajak dia main air di kolam, di tempat cuci kaki di masjid, sampai ia benar2 tak ragu dan betah berada disana. Setiap melihat air dan dia ingin main air, saya biarkan. Bahkan kadang tanpa ada yang mengajak dia jalan sendiri masuk kamar mandi dan main air.
2 minggu yg lalu, dan minggu hari kemarin, saya mengajaknya kembali berenang. Saya sungguh gembira. Luar biasa perubahannya, Â lucuna, saat kami ajak dari rumah ia terlelap, dan saat terbangun dan melihat didepannya terbentang kolam luas, "huaaa,,," katanya saat membuka mata dan melihat kolam air, langsung duduk dan tertawa kegirangan, detik selanjutnya melonjak-lonjak seakan tak sabar ingin menceburkan diri.
Kampipun langsung mengajaknya, benar saja, kini Ia lebih BERANI dari sebelumnya, lebih bisa menikmati dan bermain2 ditengah kolamnya yg luas. walau belum berani jika saya lepaskan, tapi ada PENINGKATAN KEBERANIAN yg jauh dari sebelumnya.
Memang benar, bahwa anak-anak hanya butuh cara dan waktu yang tepat untuk melakukan apa yg kita inginkan, karna memang "tak ada anak yg lahir kemudian tumbuh dan berkembang secara sempurna dg sendirinya, kitalah (orang tua) yg mengambil peran untuk membantu Ia hingga bisa tumbuh dan berkembang lebih sempurna." ^^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H