Sudah satu tahun masa kabinet kerja dan masyarakat sudah merasakan manfaat dari program-program pemerintah yang sudah berjalan meski ada juga yang tidak mengakui keberhasilan pemerintah saat ini. Kemarin (16) salah seorang pimpinan DPR RI Fadli Zon mengungkapkan kekecewaanya terhadap proses seleksi pendamping desa yang dia anggap tidak transparan dan tertutup.
Ia mengatakan proses pendamping dana desa tertutup dan sarat kepentingan parpol. Komentar miring yang dilontarkan Fadli Zon ini ditangapi enteng oleh Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Marwan jafar (16) bahwa proses seleksi Pendamping Desa dilakukan secara transparan buktinya segala informasi tentang Pendamping Desa di sajikan dalam bentuk website, berita online, dan media cetak. Selain itu proses seleksi pendamping desa tidak ada kepentingan parpol didalamnya kecuali kepentingan.
Sebenarnya ada dua kesalahan dalam komentar Fadli Zon tentang pendamping Desa. Pertama ia menyebut pendamping dana desa padahal yang dimaksud pendamping desa tidak sebatas mendampingi dana desa namun lebih kompleks mengenai segala urusan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Sudah menjadi kesalahan awal bagi masyarakat yang menganggap pendamping desa hanya sebatas mengurusi dana desa. Parahnya petinggi di DPR ini masih melihat sempit keberadaan dari pendamping desa.
Kesalahan kedua jelaslah bahwa Fodli Zon tidak mencari tahu dulu bagaimana proses seleksi pendamping desa berjalan. Asal bicara menjadi senjata utamanya karena sudah berlabel wakil ketua DPR RI “mungkin” membuat dia pede dengan apa yang ia ucap tak peduli salah benar media pasti ngliput. Hal-hal seperti inilah yang seharusnya dihindari oleh para pemimpin negeri terutama Fadli Zon yang saat ini menjabat Wakil ketua DPR RI. Hanya karena oknum seperti inilah perwakilan rakyat yang ada di senayan semua wakil rakyat kita “dianggap” tidak becus kerjanya.
Selain komentarnya yang menyerang Marwan Jafar, ternyata politikus Gerindra ini juga menantang gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahya Purnama (Ahok). Ia menantang debat sang Gubernur terkait dugaan korupsi pengalihan lahan RS sumber waras yang diduga melibatkan Gubernur.
Padahal seharusnya sebagai pimpinan rakyat Fadli seharusnya mencotohkan sikap yang profesional dan pro rakyat. Bukankah beberapa pekan lalu Fadli terbukti melakukan pertemuan dengan calon presiden Amerika dari partai Republik, Donal Trump. Kemuadian ia juga diisukan terlibat kasus “Papa minta saham” yang menyangkut Ketua DPR waktu itu Setyo Novanto.
Sudah jelas bahwa kelakuan yang di tunjukkan Fadli ini tidak mencerminkan karakter pro rakyat dan nasionalisme. Kali ini ia berceloteh di media seolah-olah membawa nama rakyat dan malah para pemimpin yang benar-benar membela rakyat. Ia pikir rakyat tidak bisa melihat ?. Ahok dan Marwan Jafar juga tentu mengerti bahwa rakyat kita tidak bisa di bodohi oleh statement-statement yang tidak berdasar. Terus bekerja Pak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H