Mohon tunggu...
Utut Kusumadhata
Utut Kusumadhata Mohon Tunggu... -

Designer | Daddy | Kopites

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Burjo Lempuyangan

6 Februari 2014   15:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:06 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka sudah tahu tentang kebiasaan masing-masing, hanya saja mereka sama sekali tidak tahu bahwa mereka saling menyukai.

#

Seperti pagi ini, pukul tujuh seperempat tepat waktu Burjo Kang Dadang. Burjo masih sepi.

Rumi mengucapkan salam sebelum menempati sudut favoritnya di dalam burjo. Kang Dadang secara ramah langsung menyambut salamnya, “yang biasa Mbak?”

Rumi mengangguk, “Nggih.”

Lalu prosesi rutin itu terjadi begitu saja, Rumi menyantap sarapan paginya, membayar sejumlah harga dan membereskan kunci motor, dompet dan handphonenya dari atas meja. Wajah Rumi juga nampak seperti biasa, tak ada ekspresi yang tidak biasa.

Hingga ketika Kang Dadang, memberanikan diri untuk sedikit membuka percakapan yang tidak pernah ia lakukan selama dua tahun ini kepada sebagian besar pelanggan burjonya,

"Kalau awal tahun seperti ini, apa sudah ramai pengiriman barang Mbak Rumi?"

Terkejut bukan kepalang Rumi dibuatnya, ia tak tahu Kang Dadang mengenal namanya, mereka tidak pernah secara resmi berkenalan. Cepat-cepat Rumi tundukkan wajahnya yang baru saja terangkat secara otomatis oleh ajakan bercakap-cakap dari Kang Dadang.

Berusaha sekuat tenaga menyembunyikan senyum dari wajahnya. Rumi mengumpulkan pecahan hatinya yang tiba-tiba saja meledak dan menempel di dinding-dinding ruangan tiga kali empat meter ini.

Bahkan Rumi membutuhkan beberapa detik lebih lama dari waktu normal seseorang menanggapi pertanyaan sederhana seperti itu. Dan setelah seluruh pecahan itu terkumpul kembali, Pelan-pelan Rumi menatap Kang Dadang. Dengan senyum terbaik yang pernah ia miliki seumur hidupnya Rumi lantas menjawab,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun