Mohon tunggu...
Utut Kusumadhata
Utut Kusumadhata Mohon Tunggu... -

Designer | Daddy | Kopites

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Imajinasi dalam Secangkir Kopi

17 Juli 2013   11:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:26 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi buta di kedai teh pinggir jalan di atas sebuah bukit. Duduk di depan saya, sedang bercerita seorang wanita manis tentang sejarah-sejarah dunia yang baru dibacanya. Suhu udara begitu menggigit membuat jaket yang kami kenakan tak ubahnya hanya asesoris semata. Namun itu tidak mengurangi nikmatnya bercerita. Pagi gelap yang dingin ini terasa hangat dan damai. Lalu nampak satu persatu lampu-lampu rumah di lereng bukit dimatikan, sesekali pula satu dua orang petani setempat melintas di depan kedai seraya mengangguk ramah. Jiwa ini tenang dihujani kedamaian pagi dan dalam balutan oksigen yang melimpah, unggas-unggas desa pun membuka mata dan mulai melantunkan lagu pagi dengan semangat. Pagi yang sangat manis. Tahukah kalian bahwa manis seperti itulah yang selalu terhirup pada setiap cangkir wedang kesukaan saya. coffee latte hangat. Maaf, ini bukan cerita tentang seorang wanita di atas bukit, ini cerita tentang coffee latte. Perumpamaan yang saya gunakan jauh dari deskripsi baku akan rasa yang tertangkap oleh syaraf perasa karena wedang ini memang mampu menghadirkan rasa yang tidak terkurung pada manis asin pahit asam. Wedang ini lebih dari itu, begitu harum, begitu manis, begitu deskriptif. Begitu sabar, begitu lucu, begitu angkuh. Sweet escape. Kata orang-orang. Dan memang benar, paket pelarian 15 menit yang ditawarkannya nyaris sempurna. Bahkan mengalahkan sensasi ‘bebas’ yang ditawarkan oleh duet maut andalan para petualang imajinasi, marlboro dan pilsner. Karena tidak seperti pilsner yang segar atau lager yang manis, kebebasan yang diberikan oleh coffee latte tidak bersyarat. Seujung lidah coffee latte mampu memanjakan jiwa tanpa after taste janggal pada tetes yang tertinggal tiap teguknya. Sekali lagi, ia nyaris sempurna. Jadi, ceritakan padaku apa isi cangkirmu? - repost dari blog saya, sipitikal.tumblr.com 5 Juli 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun