Buku "Mengapa Surga di bawah Telapak Kaki Ibu" ini merupakan hasil karya dari seorang ibu sekaligus perempuan yang sangat peduli dengan pendidikan karakter padahal backgroundnya adalah seorang dokter gigi. Sampai saat ini beliau masih aktif di dunia pendidikan dengan mendirikan sebuah sekolah yang menggunakan metode sentra pertama di Indonesia yakni Sekolah Al Falah. Beliau adalah drg. Wismiarti Tamin.
Buku ini membahas perjalanan panjang seorang ibu yang memberikan jejak kehidupan untuk anaknya. Mulai dari perjalanan pada masa kehamilan, perjalanan pada masa setelah melahirkan sampai perjalanan seorang ibu bersama anaknya pada usia tujuh tahun hingga balig. Melalui analogi perjalanan ini lah, penulis mencoba menjelaskan makna dari hadits nabi yang mengatakan surga berada di bawah telapak kaki ibu.
Telapak kaki berfungsi untuk menjaga keseimbangan postur ketika berjalan dan juga memudahkan manusia untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Ketika berjalan pasti kita akan meninggalkan jejak baik dalam pengertian sebenarnya ataupun makna yang lain. Begitupun seorang ibu dalam membesarkan, mengasuh dan mendidik anaknya akan meninggalkan jejak-jejak kehidupan yang mengantarkan anaknya untuk masuk ke dalam surga atau sebaliknya.
Selain itu, buku ini juga membahas detail tentang apa saja yang seharsunya dilakukan dan tidak dilakukan oleh seorang ibu di setiap perjalanannya. Ada banyak poin yang menarik perhatian saya dan membuat saya mendapatkan "Ooh Moment". Misal pada halaman 42 -- 43, di sana menjelaskan kaitan antara ilmu pengetahuan dengan ajaran agama islam ternyata sangat berhubungan. Pada surat An-Nahl ayat 78, Allah menyampaikan "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui seseuatu apapun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur".
Fakta yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan yang membahas tentang otak manusia. Bayi yang baru lahir sudah memiliki rata-rata 100 milyar sel otak tapi masih sendiri-sendiri belum tersambung satu sama lain dan semua susunan syaraf otak sudah berfungsi kecuali satu bagian otak yang belum siap berfungsi yaitu otak besar atau otak pusat berfikir. Itulah kenapa bayi hanya bisa menangis padahal dia sudah bisa mendengar, melihat dan merasakan. Jika kita kaitkan kembali dengan QS An Nahl ayat 78 tadi, benarlah apa yang ada dalam Al Quran bahwa Allah mengeluarkan manusia dari perut ibunya dalam keadaan tidak tahu apa-apa. MasyaAllah...
Kemudian pertanyaannya kenapa Allah membuat bayi manusia yang baru lahir tidak mengetahui apapun dan berbeda dengan bayi hewan yang langsung bisa berjalan bahkan ada yang mencari makan sendiri? jawabannya adalah ingin memberikan kesempatan kepada kedua orang tua terutama ibunya untuk menyambungkan sel otak - sel otak anak (mendidik, mengasuh dan membesarkannya).
Pada halaman 44 dan selanjutnya membahas tentang perjalanan anak dari 0 sampai 2 tahun. Penulis juga menyampaikan bahwa pada usia itu disebut juga usia kritis Dimana jika tidak dimanfaatkan dengan optimal maka sel otak yang tidak tersambung akan menghilang pada program penghapusan sehingga pada usia itu juga disebut dengan jendela kesempatan. Menurut saya usia 0 -- 2 tahun sangat penting sekali sebagai pondasi anak di tahun-tahun berikutnya, oleh karena itu seharusnya orang tua dan keluarga memiliki pemahaman yang sama terkait ini sehingga nanti muncul kesadaran untuk membekali diri dengan ilmu dalam memanfaatkan waktu tersebut.
Kemudian kita juga disuguhkan jawaban atas sebuah peristiwa kenapa masa nifas bagi ibu yang melahirkan hampir 40 hari. Allah memberikan kesempatan kepada seorang ibu untuk benar-benar fokus hanya untuk anaknya karena bayi yang baru lahir ini harus beradaptasi dengan dunia barunya. Dalam rahim janin (bayi) diberikan kemudahan atas semua kebutuhannya oleh Allah secara otomatis tetapi ketika dia lahir ke dunia maka program otomatisasi itu Allah ambil sedangkan bayi hanya bisa menangis jika butuh sesuatu oleh karena itu peran ibu sangat penting untuk membuat bayi merasa nyaman dan percaya jika hidup di dunia yang baru ini "ternyata aman dan nyaman bagi saya".
Pelajaran yang bisa saya ambil adalah generasi terbaik bangsa dan agama itu lahir dari orang tua dan rumah-rumah terbaik. Semoga semakin banyak para orang tua yang menyadari hal ini dengan terus belajar dan haus akan ilmu karena begitu banyak ilmu bertebaran di muka bumi ini tetapi lebih banyak ilmu yang belum kita ketahui.
Tangerang, 2 Agustus 2024
Utris Sutrisna
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H