Mohon tunggu...
Utris Sutrisna
Utris Sutrisna Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

saya seorang pengajar yang tertarik dengan dunia tulis menulis, pengembangan diri dan motivasi

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Sebuah Refleksi dari Buku "Sistem Pendidikan Finlandia: Belajar Cara Mengajar"

21 Maret 2024   16:17 Diperbarui: 21 Maret 2024   16:31 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Buku ini membahas cukup detail tentang sistem pendidikan yang ada di Finlandia dipadukan dengan pengalaman penulis yang merupakan seorang pengajar asal Indonesia sekaligus pernah menjadi seorang pelajar juga pada Program Pendidikan Guru Professional di Finlandia sehingga penulis sangat memahami kultur sosial budaya maupun kultur pendidikan di negara tersebut.

Setelah membaca buku ini, banyak sekali pengetahuan maupun nilai-nilai yang dapat saya ambil dan akan mencoba menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar di dalam sekolah maupun di luar sekolah. 

Saya menemukan bahwa Finlandia sangat memperhatikan sekali faktor guru dalam menggerakkan kemajuan pendidikan, mulai dari cara pandang negara terhadap posisi guru ini seperti apa kemudian kualifikasi dan keterampilan seperti apa yang harus dikuasai guru supaya layak untuk mengajar dan bagaimana negara juga berperan dalam menyusun sistem rekrutmen calon guru.

Ada yang menarik perhatian saya pada halaman 75 dari buku ini yaitu terdapat sebuah kalimat "ada enam keterampilan yang diperlukan siswa, yaitu keterampilan komunikasi, keterampilan perhitungan, keterampilan cara belajar, keterampilan pemecahan masalah, keterampilan sosial dan personal dan keterampilan teknologi informasi". 

Dari kalimat tersebut, tiba-tiba saya merenung dan mencoba mengingat kembali apa saja sebenarnya yang sudah saya dapatkan selama masa sekolah dulu, apakah saya sudah mendapatkan ke-enam keterampilan tersebut? 

Ternyata setelah berusaha dengan keras untuk mengingat, saya hanya merasakan keterampilan perhitungan yang benar-benar dirasakan selebihnya belum optimal. Padahal keterampilan-keterampilan tersebut masih sangat relevan dengan kehidupan sekarang meskipun pendapat itu diungkapkan pada tahun 2007 silam.

Maka ini menjadi refleksi untuk saya khususnya dan umummnya untuk para guru Indonesia untuk memastikan peserta didik kita mengetahui, mendapatkan dan menguasai keterampilan-keterampilan tersebut. Jangan sampai anak didik kita mendapatkan ilmu pengetahuan maupun keterampilan yang tidak lagi relevan dengan kehidupan riilnya nanti setelah lulus sekolah. 

Dalam masyarakat butuhnya apa, di sekolah dapatnya apa jadi tidak sinkron. Apalagi sekarang perkembangan zaman sangat dinamis sekali dan perubahan menjadi sebuah keniscayaan. Banyak hal-hal baru terus bermunculan jika hal ini tidak disikapi dengan positif tentu penurunan kualitas pendidikan sangat bisa terjadi.

Sikap positif itu antara lain, guru harus terus belajar, mau memahami anak didiknya dan mau berubah untuk menyesuaikan diri dengan kebaruan yang ada misalnya digitalisasi pembelajaran, belajar kembali tahap perkembangan anak atau psikologi pendidikan karena sikap, cara belajar dan cara berfikir anak-anak yang sudah melek teknologi dari kecil tentu berbeda dengan anak-anak generasi yang lain. Seperti yang ada dalam buku yang sedang dibahas ini, Menurut Shalberg (dalam Adiputri, 2023) bahwa "guru-guru hebat adalah motor penggerak nomor satu bagi kemajuan pendidikan Finlandia". Guru memang menjadi aktor penting bagi majunya pendidikan sebuah bangsa.

Kemudian mengenai keterampilan belajar cara belajar ini, menurut saya peserta didik masih sangat jarang mendapatkannya, misal apa itu cara belajar, bagaimana belajar cara belajar dan kenapa harus mempelajari belajar cara belajar? Padahal banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan peserta didik jika mereka mengatahui dan memahami belajar cara belajar diantaranya meningkatkan efisiensi dalam belajar, prestasi akademik, kemandirian, kebiasaan belajar yang positif sampai dapat mengurangi stress dan kecemasan.

Peserta didik perlu diajak berdiskusi dan juga melakukan refleksi terhadap pengalaman pembelajaran yang sudah dilakukannya dengan tujuan untuk menemukan sebenarnya model, situasi dan cara seperti apa yang membuat mereka nyaman dalam belajar sehingga produktivitas mereka meningkat. Selain itu, guru juga perlu memahami cara dan gaya belajar siswa berdasarkan teori-teori pembelajaran yang ada. 

Gardner mengatakan bahwa cara belajar yang efektif itu disesuaikan pada kecerdasan dominan seseorang sedangkan menurut Piaget, interaksi aktif seorang anak dengan lingkunganlah yang dapat membuat mereka dapat belajar. Berbeda dengan Vygotksi yang mengatakan seseorang akan lebih efektif dalam belajar jika dibantu oleh orang lain misal guru ataupun teman sebaya.

Semoga kita bisa memberikan banyak hal bermanfaat kepada anak didik kita yang berguna untuk kehidupannya kelak termasuk salah satunya keterampilan belajar cara belajar.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun