Mohon tunggu...
Utris Sutrisna
Utris Sutrisna Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

saya seorang pengajar yang tertarik dengan dunia tulis menulis, pengembangan diri dan motivasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kisah Guru dalam Menyelami Karakter Siswa Sekolah Dasar

22 Februari 2024   09:53 Diperbarui: 22 Februari 2024   10:01 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak tahun 2011 silam, saya telah memilih profesi sebagai guru dan dunia belajar mengajar. Senin, 17 Juli 2023, menjadi momen bersejarah dan berharga bagi saya karena memiliki kesempatan untuk berinteraksi dan belajar dengan siswa kelas 1 jenjang Sekolah Dasar. Ini benar-benar luar biasa, hal yang tidak pernah terfikirkan sebelumnya karena backgroeund saya juga bukan Pendidikan guru Sekolah Dasar.

 Masa transisi dari TK/PAUD ke Sekolah Dasar sangat terasa sekali, anak-anak masih sangat tertarik dengan nyanyian dan kegiatan-kegiatan yang menuntut siswa untuk aktif bergerak, kemudian dari sisi kemandirian anak-anak juga masih perlu sekali di dorong untuk lebih baik lagi. Ini semua tentu menjadi tantangan yang tidak kecil bagi saya untuk bisa beradaptasi dengan dunia pendidikan dan pengajaran anak-anak di kelas bawah Sekolah Dasar.

Hal pertama yang dilakukan sebagai upaya adapatasi itu adalah dengan melakukan observasi dan berdiskusi dengan guru-guru kelas 1, kurang lebih satu pekan saya mengamati aktivitas siswa mulai dari datang sampai mereka pulang sekolah. Tepatnya di sebuah sekolah islam terpadu, dari sana saya melihat bahwa luar biasa sekali perjuangan seorang guru SD kelas bawah, bagaimana mereka harus mendampingi anak-anak dari mulai datang sampai pulang sekolah bukan hanya fungsi pengajaran yang diberikan tetapi fungsi pendidikan jauh lebih intens dilakukan kepada anak-anak misalnya ketika makan, sholat dan ke kamar mandipun mereka tetap mendampingi, mengarahkan dan memberikan keteladanan kepada anak-anak.

Belum lagi ketika terjadi dinamika-anak-anak seperti masih ada yang rebutan barang, menangis karena tidak bisa mengerjakan tugas, perlu didampingi ketika ke kamar mandi, belum bisa bergantian ketika menjawab dan bertanya dan masih banyak lagi. MasyaAllah. . . Sangat penting bagi guru SD kelas bawah memiliki karkter yang sabar dan pandai mengelola emosi agar mereka tidak mudah marah dan stres.

Selain observasi, saya juga banyak berdiskusi dengan guru-guru yang sudah berpengalaman terkait kendala-kendala dalam mengajar siswa SD kelas bawah. Manajemen kelas, pengelolaan kelas, pengondisian anak-anak menjadi kendala utama yang dirasakan. Berikut beberapa pengalaman guru dalam mengelola kelas maupun menangani dinamika siswa yang saya ketahui. Ada seorang guru perempuan yang menceritakan pengalamannya yaitu ketika ada dua siswa yang berebut tempat duduk dan tidak ada yang mau mengalah bahkan sampai tantrum menangis. Bu guru itu kemudian menghampiri kedua siswa tersebut dan menanyakan "Apa yang bisa ibu bantu untuk menyelesaikan masalah kalian?" mendapat pertanyaan itu kedua siswa tadi langsung berhenti berebut tetapi masih ada yang menangis tidak terima kemudian Bu guru melanjutkan pertanyaan "kalian punya cara lain tidak, supaya tidak berebut kursi?" kedua siswa itu pun mulai agak mereda emosinya. Setelah beberapa waktu kedua siswa itupun Kembali melanjutkan pembelajaran dan berbaikan.

Kejadian itu tentunya hanya sebagian yang saya ceritakan ada proses penguatan dna refleksi dari kejadian itu dilakukan oleh sang guru. Saya hanya ingin menegaskan bahwa pilihan kalimat yang digunakan dalam pertanyaan itu menurut saya bagus sekali. Jika kita amati ternyata pertanyaan-pertanyaan itu membuat siswa berfikir dan diajak untuk menyelasaikan masalahnya. Mungkin itu yang kemudian siswa mulai mereda emosinya.

Kemudian ada lagi pengalaman guru dalam menangani siswa yang selalu keluar batasan dalam belajar (berlari, keluar kelas, tidak tenang duduk di kursinya). Ada satu siswa yang terlihat sangat aktif, energi untuk terus bergerak itu sangat besar dia tidak bisa duduk tenang kurang dari lima menit. Hampir sebagian besar waktu belajar dia keluar batasan yang sudah disepakati Bersama. Menariknya yang dilakukan guru tersebut, saya tidak mendapati guru itu marah dan berteriak. Dia tetap tenang sambil memperhatikan siswa tersebut khawatir ada hal-hal yang membahayakannya dan dia tetap fokus juga pada siswa lain yang mengikuti pembelajaran dengan baik. Kemudian setelah bel pulang berbunyi, barulah siswa itu dipanggil untuk diajak ngobrol dan yang membuat saya kaget adalah guru itu bertanya seperti ini

Guru: "Nak, hari ini kamu keluar batasan berapa kali?"

Siswa: "15 kali Bu"

Guru: "Baik, kalau besok mau keluar batasan berapa kali?"

Siswa: "10 kali aja bu"

Singkat cerita besoknya betul siswa itu melaporkan ke gurunya kalau hari ini dia keluar Batasan hanya 10 kali kemudian sang guru pun memberikan apresiasi karena sudah berhasil menepati janji dan bisa lebih mengontrol diri. Dari kejadian itu, saya bisa belajar bahwa kita harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk berubah, memberikan kepercayaan kepada siswa jika dia mampu berubah dan memberikan apresiasi atas segala hal baik sekecil apapun yang sudah dilakukan.

Masih banyak pengalaman lain dari guru-guru hebat yang saya temui, namun belum bisa diceritakan semua disini mungkin di tulisan lain akan dilanjutkan kembali. InsyaAllah...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun