Teori Lampiran oleh John Bowlby dan Mary Ainsworth
Teori lampiran (attachment theory) adalah teori psikologi yang dikembangkan oleh John Bowlby dan diperluas oleh Mary Ainsworth. Teori ini berfokus pada hubungan emosional yang erat antara anak dan pengasuh utamanya (biasanya ibu) dan bagaimana hubungan ini memengaruhi perkembangan emosional, sosial, dan psikologis anak.Ialah:
Kontribusi John Bowlby
1.Lampiran sebagai kebutuhan biologis
Bowlby percaya bahwa lampiran adalah hasil dari evolusi, di mana anak-anak memiliki kecenderungan bawaan untuk membentuk ikatan dengan pengasuh utama mereka demi kelangsungan hidup. Ikatan ini memungkinkan anak-anak untuk merasa aman dan terlindungi dari bahaya.
2.Model Kerja Internal
Bowlby mengusulkan bahwa pengalaman lampiran awal membentuk model kerja internal, yaitu pola pikir anak tentang diri sendiri, orang lain, dan hubungan. Medel ini memengaruhi cara seseorang menjalin hubungan di masa dewasa.
3.Tahapan Lampiran
Bowlby membagi perkembangan lampiran anak menjadi beberapa tahap:
•Tahap pra-lampiran (0-6 minggu): Bayi menunjukkan sinyal (misalnya menangis) untuk menarik perhatian pengasuh.
•Tahap pembentukan lampiran (6 minggu-8 bulan): Bayi mulai mengenali dan merespons pengasuh tertentu.
•Tahap lampiran yang jelas (8 bulan-18 bulan): Bayi menunjukkan kecemasan perpisahan ketika terpisah dari pengasuh utama.
•Tahap hubungan timbal balik (18 bulan ke atas): Anak mulai memahami bahwa pengasuh memiliki jadwal dan kebutuhan sendiri.
Kontribusi Mary Ainsworth
Mary Ainsworth melengkapi teori Bowlby melalui penelitiannya tentang pola lampiran, terutama melalui eksperimen “Strange Situation” (Situasi Asing). Ia mengidentifikasi tiga (kemudian empat) jenis lampiran:
1.Lampiran Aman (Secure Attachment)
•Anak merasa aman saat pengasuh hadir, mudah dihibur saat kembali, dan menunjukkan eksplorasi lingkungan.
•Pengasuh responsif dan peka terhadap kebutuhan anak.
2.Lampiran Cemas-Menghindar (Avoidant Attachment)
•Anak cenderung menghindari pengasuh, tidak mencari kenyamanan, dan kurang menunjukkan emosi.
•Pengasuh sering kali kurang responsif atau menolak kebutuhan emosional anak.
3.Lampiran Cemas-Ambivalen (Anxious-Ambivalent/Resistant Attachment)
•Anak sangat bergantung pada pengasuh, menunjukkan kecemasan ekstrem saat berpisah, tetapi sulit dihibur saat pengasuh kembali.
•Pengasuh tidak konsisten dalam merespons kebutuhan anak.
4.Lampiran Tidak Terorganisasi (Disorganized Attachment) (ditambahkan kemudian)
•Anak menunjukkan perilaku campuran, misalnya mendekati tetapi juga menghindari pengasuh.
•Terkait dengan pengasuhan yang tidak dapat diprediksi, sering kali akibat trauma atau pengabaian.
Tidak hanya itu adapun dampak Teori Lampiran ialah:
1.Perkembangan Sosial dan Emosional
Pola lampiran awal memengaruhi hubungan interpersonal di masa dewasa.
2.Psikopatologi
Gangguan pada hubungan lampiran awal dapat berkerjasama pada masalah psikologis, seperti kecemasan, depresi, atau kesulitan membangun hubungan yang sehat.
3.Aplikasi Praktis
Teori ini menjadi dasar untuk intervensi dalam pengasuhan, pendidikan, dan terapi, khususnya untuk anak-anak dengan masalah perilaku atau emosional.
Teori lampiran Bowlby dan Ainsworth telah menjadi salah satu teori psikologi perkembangan yang paling berpengaruh hingga saat ini.
Dalam teori lampiran yang dikembangkan oleh John Bowlby dan diperluas oleh Mary Ainsworth, keterikatan tidak aman (insecure attachment) adalah pola hubungan antara anak dan pengasuh yang ditandai dengan ketidak mampuan anak untuk merasa aman dan percaya sepenuhnya kepada pengasuh. Salah satu bentuk keterikatan tidak aman yang dikenal adalah lampiran ambivalen atau kecemasan-ambivalen (anxious-ambivalent attachment).
1. Keterikatan Tidak Aman
Keterikatan tidak aman muncul ketika pengasuh tidak memberikan respons yang konsisten, empatik, atau sensitif terhadap kebutuhan emosional anak. Anak yang tumbuh dengan pola keterikatan ini sering kali mengalami kesulitan dalam mempercayai orang lain.
Jenis-jenis keterikatan tidak aman yang diidentifikasi yaitu:
•Lampiran Menghindar (Avoidant Attachment): Anak menghindari pengasuh dan cenderung menekan kebutuhan emosionalnya.
•Lampiran Ambivalen (Anxious-Ambivalent Attachment): Anak menunjukkan ketergantungan emosional yang berlebihan dan kecemasan saat berpisah.
•Lampiran Tidak Terorganisasi (Disorganized Attachment): Anak menunjukkan perilaku yang bingung dan kontradiktif terhadap pengasuh, sering kali terkait dengan trauma atau pengabaian.
2. Lampiran Ambivalen (Anxious-Ambivalent Attachment)
Lampiran ambivalen ialah salah satu jenis keterikatan tidak aman yang ditandai dengan hubungan emosional yang penuh kecemasan antara anak dan pengasuh. Pola ini sering terjadi ketika pengasuh memberikan perhatian yang tidak konsisten, kadang responsif tetapi kadang mengabaikan atau tidak peka terhadap kebutuhan anak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H