Mohon tunggu...
Utomo Priyambodo
Utomo Priyambodo Mohon Tunggu... -

Pengkhayal.. benar2 seorang pengkhayal..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Surat Cinta untuk Indonesia

20 Maret 2011   02:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:38 3088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dear Indonesiaku,

Wahai negara yang berkelimpahan sumber daya, sudahkah kini kamu menjadi negara kaya raya? Beberapa wargamu memang sudah hidup kaya, tetapi banyak rakyatmu lainnya yang masih hidup sengsara. Wahai negara yang beraneka suku bangsa, sudahkah kini kamu menjadi bangsa yang bebas huru-hara? Kamu memang telah mempertahankan keutuhuhan negara kesatuanmu cukup lama, tetapi dalam periode itu pun masih sering terjadi konflik antarbudaya ataupun agama. Wahai negara yang aku lahir dan besar di dalamnya, sudahkah kamu membuatku bangga? Aku ingin selalu bangga karenamu, Indonesiaku. Aku ingin selalu menyebutkan namamu kepada seluruh dunia, Indonesiaku. Namun, seringkali aku merasa kecewa dan malu atas kekurangan- kekurangan yang tak seharusnya ada padamu.

Kamu sebenarnya negara yang sangat beruntung, Indonesiaku. Kamu memiliki sumber daya alam dan manusia yang melimpah ruah. Namun apalah artinya itu semua bila sumber daya yang tersedia tidak secara baik diolah. Ya, inilah kelemahanmu, cara mengelola sumber daya itu sendiri.

Sudah tak ada yang memungkiri bahwa sumber daya alam milikmu begitu banyak. Berbagai macam tumbuhan hidup di tanahmu. Berbagai macam hewan hidup dari airmu. Bahkan berbagai macam hasil tambang terkandung di dalam perut bumimu. Kamu memiliki begitu banyak sumber energi, Indonesiaku. Tentu dengan itu semua kamu (seharusnya) bisa menghasilkan kemajuan yang luar biasa. Bukankah energi itu berbanding lurus dengan usaha, dan usaha berbanding selaras dengan kemajuan?

Dalam sumber daya manusia, kamu memiliki jumlah penduduk yang melimpah. Potensi kecerdasan isi kepala rakyatmu juga tak kalah. Terbukti dengan tak sedikitnya wargamu yang berhasil mengalahkan warga-warga negara lain di berbagai kompetisi dunia dalam berbagai bidang disiplin ilmu pengetahuan. Jelas itu sudah menunjukkan bahwa sumber daya manusiamu punya kemampuan. Bahkan seiring dengan sejalannya waktu, anggaran negara yang dialokasikan di sektor pendidikanmu semakin besar.

Jadi, bila dilihat dari sumber daya, sudah sepantasnya kamu, Indonesiaku, menyandang predikat sebagai negara maju, bukan sebagai negara berkembang melulu. Atau lebih hebatnya lagi, sebagai negara maju yang terus berkembang.

Namun, harapanku seolah masih terlalu jauh untukmu, Indonesiaku. Karena bagaimanapun, kamu masih punya masalah yang selalu sama, yakni, cara mengelola sumber daya. Sumber daya alam yang akan diolah sudah cukup banyak. Sumber daya manusia pun tidak kurang. Hanya saja sikap-sikap pengelolaan dari para pengelolanya yang masih kurang tepat. Pengetahuan mereka tentang pengelolaan telah memenuhi persyaratan standar, tetapi cara-cara mereka mengelola masih belum benar.

Sekali lagi, Indonesiaku, ini bukan masalah pengetahuan dan potensi kemampuan mereka untuk mengelola yang masih kurang. Namun, ini lebih ke permasalahan integritas mereka. Seharusnya kamu menyadari dan memperbaiki kelemahanmu ini sudah sejak lama, Indonesiaku. Atau jangan-jangan kamu sebenarnya sudah menyadari hal ini sejak lama, tetapi kamu bingung untuk memperbaikinya? Janganlah ragu, Indonesiaku! Marilah kita bersama-sama meperbaikinya sesegera mungkin!

Cara apa yang dapat dilakukan untuk memperbaikinya? Masalah cara pengelolaan yang masih salah ini sebenarnya berakar dari masalah mental dan moral manusia-manusiamu, Indonesiaku. Oleh karena itu, kamu perlu mendidik dan membina mental dan moral mereka. Pintar saja tidak cukup, tetapi diperlukan sikap yang benar. Jadi, kecerdasan intelektual saja tidak cukup, tetapi diperlukan juga kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Kecerdasan emosional ini berkaitan erat dengan mental, sedangkan kecerdasan spiritual berkaitan erat dengan moral.

Bukankah para pejabat di pemerintahanmu adalah orang-orang yang pintar, Indonesiaku? Namun, percuma saja berotak pintar jika mental dan moral mereka rendah. Justru orang-orang seperti itu bisa sangat berbahaya karena mereka bisa menyalahgunakan kepintaran mereka. Fatal akibatnya jika mereka berbuat salah dengan pengetahuan, kemampuan, dan kekuasaan yang mereka punya. Bahkan buktinya sudah terlihat jelas dalam pemerintahanmu sekarang, Indonesiaku.

Lalu apa saja cara untuk mendidik dan membina mental dan moral manusia-manusiamu, Indonesiaku? Kamu dapat menambahkan dan memperbanyak porsi pelajaran-pelajaran mental dan moral dalam sistem pendidikanmu, mulai TK hingga bangku kuliah. Kamu juga bisa menginternalisasikan pendidikan mental dan moral di berbagai institusi dan organisasi. Perlu banyak diadakan pelatihan mental dan kepribadian untuk berbagai lapisan masyarakat. Perlu banyak diadakan kegiatan berbasis pendidikan moral dan acara-acara keagamaan di berbagai kalangan. Pendidikan mental dan moral ini, selain bisa disiarkan secara tatap muka langsung, bisa juga dipublikasikan lewat berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik.

Bila pendidikan mental dan moral telah berhasil diintrernalisasikan dalam manusia-manusiamu, Indonesiaku, niscaya kamu segera mendapatkan predikat sebagai negara maju. Tidak hanya berpredikat sebagai negara berkembang melulu. Dan aku berani menjamin tidak akan ada lagi kekurangan-kekuranganmu yang seharusnya tidak ada itu. Kekurangan-kekuranganmu yang bersifat tidak alamiah, alias hasil perbuatan oknum-oknum wargamu sendiri yang memiliki penyakit mental dan moral. Terutama oknum-oknum yang memiliki kuasa lebih terhadapmu, seperti para pejabat pemerintahanmu. Sekali lagi, aku jamin itu, Indonesiaku.

Demikianlah surat dariku, Indonesiaku. Sebagai penutup, aku akan menyanyikan sebait lirik dari sebuah lagu Iwan Fals untukmu.

Terbanglah garudaku..

Singkirkan kutu-kutu di sayapmu..

Berkibarlah benderaku..

Singkirkan benalu di tiangmu..

Hei, jangan ragu dan jangan malu..

Tunjukkan pada dunia bahwa sebenarnya kita mampu..

Salam cinta selalu dari wargamu,

Utomo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun