Mohon tunggu...
Utia Ramadhani
Utia Ramadhani Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Memiliki Hobi menulis naskah, artikel redaksi, karya sastra berupa puisi dan lainnya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Pondasi Gemar Membaca Melalui Beragam Media

22 Desember 2024   07:40 Diperbarui: 22 Desember 2024   07:40 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Membaca adalah aktivitas fundamental dalam kehidupan manusia yang memiliki peran besar dalam membangun kualitas individu dan masyarakat. Sebagai fondasi pendidikan, budaya membaca perlu ditanamkan sedini mungkin, terutama pada anak-anak usia Sekolah Dasar (SD). Di Solo Raya, wilayah yang dikenal kaya akan tradisi dan budaya, penguatan budaya membaca dapat menjadi langkah strategis untuk melahirkan generasi yang berpengetahuan luas dan berkarakter unggul.

Namun, realitas menunjukkan bahwa budaya membaca di Indonesia, termasuk di Solo Raya, masih menghadapi tantangan serius. Studi "Most Literate Nation" yang dirilis oleh Central Connecticut State University pada 2016 menempatkan Indonesia di peringkat 60 dari 61 negara terkait literasi membaca. Salah satu penyebab rendahnya tingkat literasi adalah minimnya kebiasaan membaca sejak dini. Oleh karena itu, penanaman budaya membaca sedari SD perlu menjadi perhatian utama, dengan melibatkan berbagai pihak dan memanfaatkan beragam media untuk meningkatkan daya tarik membaca.
Pentingnya membaca bukan hanya untuk menguasai kemampuan literasi dasar seperti mengenal huruf dan kata, tetapi juga untuk membentuk cara berpikir, kreativitas, dan kepekaan sosial anak. Masa SD adalah periode emas perkembangan kognitif, di mana anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Membiasakan membaca pada fase ini membantu mereka mengembangkan kemampuan berpikir kritis, memperluas imajinasi, dan menumbuhkan empati terhadap berbagai cerita dan karakter.

Lebih dari itu, membaca juga memiliki dampak positif pada prestasi akademik anak. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang terbiasa membaca sejak dini cenderung memiliki kemampuan lebih baik dalam memahami pelajaran di sekolah, baik dalam bidang sains, matematika, maupun bahasa. Di Solo Raya, yang memiliki banyak sekolah unggulan, potensi untuk mengembangkan budaya membaca ini sangat besar, tetapi perlu dirancang dengan strategi yang tepat untuk menghadapi tantangan zaman.

Di era digital,  media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak-anak. Meski teknologi menawarkan banyak manfaat, penggunaan yang tidak terarah dapat menggeser minat membaca buku ke aktivitas yang lebih pasif, seperti menonton video atau bermain gim. Anak-anak di Solo Raya, seperti di wilayah lain, juga menghadapi tantangan ini.

Selain itu, tantangan lain dalam membangun budaya membaca adalah kurangnya akses terhadap bahan bacaan berkualitas. Di beberapa daerah di Solo Raya yang lebih terpencil, perpustakaan masih minim, dan koleksi buku yang tersedia sering kali kurang relevan dengan kebutuhan anak-anak zaman sekarang. Belum lagi, kebiasaan membaca sering kali dianggap membosankan jika dibandingkan dengan hiburan yang lebih instan dan interaktif.

Untuk menjawab tantangan tersebut, pendekatan inovatif dan inklusif sangat diperlukan. Membaca tidak lagi harus terbatas pada buku fisik, tetapi juga bisa dilakukan melalui berbagai media yang lebih sesuai dengan kebiasaan anak-anak masa kini.

Kemajuan teknologi menghadirkan buku digital (e-book) dan audiobook yang dapat diakses melalui perangkat seperti tablet atau smartphone. Anak-anak dapat membaca cerita favorit mereka kapan saja dan di mana saja tanpa perlu membawa banyak buku fisik. Platform seperti iPusnas atau Let's Read menyediakan akses gratis ke ratusan buku anak dalam berbagai bahasa.

Audiobook juga menjadi solusi menarik bagi anak-anak yang kesulitan membaca teks panjang. Dengan mendengarkan cerita, mereka tetap dapat menikmati kisah menarik sambil belajar kosakata baru dan memahami struktur cerita.

Media sosial yang biasanya menjadi penyebab distraksi bagi anak, sebenarnya dapat diubah menjadi alat edukasi yang efektif. Kanal seperti YouTube Kids, Instagram, dan TikTok memiliki banyak kreator konten yang menyajikan cerita anak, ulasan buku, hingga dongeng interaktif. Misalnya, di Solo Raya, komunitas literasi lokal dapat memanfaatkan media sosial untuk mengunggah video mendongeng atau membaca buku bersama. Pendekatan ini tidak hanya menarik perhatian anak-anak, tetapi juga memberikan wawasan kepada orang tua tentang pentingnya membaca.

Perpustakaan di Solo Raya, seperti Perpustakaan Daerah Surakarta, dapat bertransformasi menjadi pusat literasi yang ramah anak. Dengan menyediakan buku interaktif, ruang baca yang nyaman, hingga aktivitas seperti sesi mendongeng, perpustakaan dapat menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak-anak.

Selain itu, keberadaan perpustakaan keliling (mobile library) juga sangat membantu menjangkau daerah-daerah yang sulit diakses. Kendaraan perpustakaan keliling yang dilengkapi dengan koleksi buku anak-anak dapat mengunjungi sekolah-sekolah atau desa-desa di Solo Raya secara berkala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun