Ber-Commuterline ke Kota Tangerang untuk melihat prosesi Thudong ternyata sangat menyenangkan.
Percuma alarm yang terpasang di telepon gengam berbunyi nyaring. Suaran memang tidak terlalu keras, namun sangat jelas. Baru sedetik berdering, jari telunjuk dengan cepat menggeser layar. Seketika kamar kembali menjadi sunyi. Dalam balutan sepi, saya segera melipat selimut dan bersiap mandi. Ritual pagi yang segera tuntas. Bukan karena dingin yang mendekap, tetapi sayup-sayup terdengar suara kereta melintas.
"Neng, bangun! Jadi ikut ke Tangerang melihat prosesi Thudong?" seru saya pelan.
Pelan-pelan kelopak mata itu terbuka. Tangannya mengucek pelan lalu duduk. Kepalanya mengangguk. Tidak lama kemudian, si bungsu sudah mandi dan rapih. Berdua kami menuju stasiun kereta api. Letaknya tidak terlalu jauh, biasanya kami berjalan kaki jika mau menaiki kereta api. Tetapi, kali ini saya memutuskan menggunakan motor. Alasannya, kami akan banyak berjalan kaki di Kota Tangerang. Kasihan juga pada otot-otot kaki jika terlalu lelah menemani kami menyusuri jalan.
Perjalanan ini benar-benar jalan-jalan dalam arti sebenarnya. Kalau pun ada transportasi umum yang kami naiki hanyalah commuter line. Kuda besi itu akan membawa saya dan si bungsu dari Depok menuju Kota Tangerang. Buat kami berdua, ini pertama kalinya naik commuter line menuju Tangerang.
Menuju Tangerang
Sekitar pukul 05,00 wib, commuter line datang. Tidak ada desak-desakan atau berebut kursi dengan penumpang. Hari libur membuat para pekerja dan anak sekolah menikmati kesenangannya masing-masing. Saya dan si bungsu juga, kami menikmati jalan-jalan untuk mengisi liburan.
Commuter line terus berjalan dan berhenti di setiap stasiun yang dilaluinya. Kami turun di Stasiun Manggarai untuk berganti kereta. Dari peron 11 kami cepat-cepat menuju peron 1 dan 2 yang ada di ujung. Sengaja memilih menggunakan tangga untuk melatih otot kaki dan lutut.
Dari stasiun Manggarai tidak ada kereta ke Tangerang. Kami harus menaiki commuter line menuju Kampung Bandan dan turun di Stasiun Duri agar bisa berpindah ke commuter line arah Tangerang.
"Neng, dulu di dekat stasiun Duri ada pasar loh. Penjualnya menaruh dagangan dekat dengan rel kereta api. Kayak pasar yang di luar negeri itu," kata saya sembari membuka lembaran kenangan yang tidak usang.