Mohon tunggu...
Utari ninghadiyati
Utari ninghadiyati Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger, kompasianer, penggiat budaya

Menjalani tugas sebagai penggiat budaya memberi kesempatan untuk belajar berbagai budaya, tradisi, seni, dan kearifan lokal masyarakat. Ragam cerita ini menjadi sumber untuk belajar menulis yang dituangkan di kompasiana dan blog www.utarininghadiyati.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Nonformal Ada di Perpustakaan

25 Juli 2024   21:55 Diperbarui: 25 Juli 2024   22:08 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
perpustakaan jakarta (dok. pribadi)

Beberapa anak berjalan dengan cepat. Wajahnya ceria. Mereka berjalan menghampiri deretan buku yang tertata di rak. Tangan-tangan mungil itu dengan cekatan mengambil satu demi satu buku dan memasukkan ke dalam tas khusus. Tak lama anak-anak itu duduk sembari melihat buku atau asyik mendengar orangtua mereka membacakan buku.

Pemandangan itu saya dapati di Perpustakaan Jakarta pada hari sabtu. Waktu di mana orangtua rehat dari pekerjaannya. Waktu di mana anak-anak bebas dari kewajiban memakai seragam. Waktu di mana mereka menikmati saat bersama-sama dengan cara yang menyenangkan.

Kedatangan saya ke gedung yang berada di area Taman Ismail Marzuki ini sebenarnya karena ingin menghadiri acara peluncuran buku. Malangnya, pemberitahuan tempat pelaksanaan acara terhapus. Akibatnya saya kesulitan untuk mengetahui tempat pelaksanaan acara. Akhirnya saya memilih masuk ke dalam perpustakaan dan membaca buku.

Ketika melakukan registrasi, sejumlah remaja dan mahasiswa lewat di depan saya. Mereka segera menunjukkan tanda keanggotaan dan masuk ke dalam. Beberapa keluarga muda juga datang bersama anak-anaknya.

Seperti mereka, saya menunjukkan tanda keanggotaan yang baru saja saya dapatkan melalui website perpustakaan tersebut. Sesuai arahan dari petugas, saya lebih dulu menyimpan peralatan pribadi di dalam loker. Di dalam tas khusus, yang dipinjamkan petugas, saya menyimpan telepon gengam, dompet, dan air minum.

Begitu masuk ke tempat koleksi buku, saya agak kaget. Suasananya ramai tetapi tidak berisik. Cukup banyak anak-anak berada di sana. Kebetulan saya ingin membaca buku anak. Meja dan bangku untuk membaca terlihat tidak ada yang kosong. Beberapa anak membaca dengan nyaman di sofa.

Anak-anak lain memilih membaca di sebuah ruang beralas karpet busa yang nyaman. Mereka bebas mau tiduran atau duduk. Asyik membaca sendiri atau mendengarkan orangtua mereka membacakan buku.

Sepertinya, datang dan menghabiskan waktu di perpustakaan mungkin menjadi pilihan yang sangat menyenangkan. Anak-anak dapat melihat berbagai macam buku sesuai dengan kemampuan membacanya. Mereka bisa membaca buku-buku itu sesuai dengan cara yang diinginkan. Mau membaca sambil duduk atau berbaring, tidak ada yang melarang.

Suasana yang nyaman dan terang memudahkan anak-anak melihat dan membaca buku. Saat itu imajinasi mereka berkembang dengan leluasa. Mereka bebas membayangkan apa saja meski buku yang dipegang adalah buku bergambar.

Pendidikan nonformal

Di tempat atau bisa saya katakana gua harta karun ini, anak-anak secara tidak langsung mendapatkan pendidikan nonformal dari buku-buku yang dibaca. Di sinilah tersimpan berbagai sumber pengetahuan yang bisa diakses dengan mudah. Bahan bacaan yang terssedia pun dapat dipilih sesuai minat dan pelajaran.

Di sini, anak-anak bisa belajar, secara tidak langsung, tentang mewarnai, memasak, cara bermain musik hingga pelajaran eksakta seperti matematika, IPA, IPS, dan lainnya dari buku yang ada. Dengan demikian anak-anak, secara tidak langsung, telah belajar melalui jalur pendidikan nonformal. Mengapa Pendidikan nonformal? Karena Pendidikan dilakukan bukan di bangku sekolah, seperti yang dikenal masyarakat.

Saya teringat sebuah kisah tentang seorang anak yang bertahun-tahun membaca herbagai buku di perpustakaan. Kesukaannya membaca membuatnya dapat menyelesaikan Pendidikan dengan baik. Dia mengatakan bahwa perpustkaan merupakan tempatnya menimba ilmu karena di sana tersimpan berbagai informasi yang menakjubkan.

Memang tidak semua orang dapat mengakses perpustakaan karena berbagai hal. Maka dari itu keberadaan taman bacaan masyarakat dapat menjadi solusi untuk mengenalkan dan mendekatkan buku pada anak-anak dan masyarakat. Di taman bacaan ini beragam kegiatan dapat dikembangkan, mulai dari belajar membaca, mengaji, menggambar, atau bernyanyi bersama.

Bukan tidak mungkin keberadaan taman bacaan masyarakat yang menyenangkan bisa menarik minat anak-anak untuk datang dan belajar. Tentu saja para pengurus taman bacaan masyarakat harus inovatif dan kreatif agar anak-anak tergugah untuk datang ke sana.

Dengan melakukan beragam terobosan tentu di masa datang akan mengubah tingkat literasi menjadi lebih baik. Anak-anak pun dapat mengakses buku dengan mudah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun