Di tempat atau bisa saya katakana gua harta karun ini, anak-anak secara tidak langsung mendapatkan pendidikan nonformal dari buku-buku yang dibaca. Di sinilah tersimpan berbagai sumber pengetahuan yang bisa diakses dengan mudah. Bahan bacaan yang terssedia pun dapat dipilih sesuai minat dan pelajaran.
Di sini, anak-anak bisa belajar, secara tidak langsung, tentang mewarnai, memasak, cara bermain musik hingga pelajaran eksakta seperti matematika, IPA, IPS, dan lainnya dari buku yang ada. Dengan demikian anak-anak, secara tidak langsung, telah belajar melalui jalur pendidikan nonformal. Mengapa Pendidikan nonformal? Karena Pendidikan dilakukan bukan di bangku sekolah, seperti yang dikenal masyarakat.
Saya teringat sebuah kisah tentang seorang anak yang bertahun-tahun membaca herbagai buku di perpustakaan. Kesukaannya membaca membuatnya dapat menyelesaikan Pendidikan dengan baik. Dia mengatakan bahwa perpustkaan merupakan tempatnya menimba ilmu karena di sana tersimpan berbagai informasi yang menakjubkan.
Memang tidak semua orang dapat mengakses perpustakaan karena berbagai hal. Maka dari itu keberadaan taman bacaan masyarakat dapat menjadi solusi untuk mengenalkan dan mendekatkan buku pada anak-anak dan masyarakat. Di taman bacaan ini beragam kegiatan dapat dikembangkan, mulai dari belajar membaca, mengaji, menggambar, atau bernyanyi bersama.
Bukan tidak mungkin keberadaan taman bacaan masyarakat yang menyenangkan bisa menarik minat anak-anak untuk datang dan belajar. Tentu saja para pengurus taman bacaan masyarakat harus inovatif dan kreatif agar anak-anak tergugah untuk datang ke sana.
Dengan melakukan beragam terobosan tentu di masa datang akan mengubah tingkat literasi menjadi lebih baik. Anak-anak pun dapat mengakses buku dengan mudah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H