Mohon tunggu...
Utari ninghadiyati
Utari ninghadiyati Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger, kompasianer, penggiat budaya

Menjalani tugas sebagai penggiat budaya memberi kesempatan untuk belajar berbagai budaya, tradisi, seni, dan kearifan lokal masyarakat. Ragam cerita ini menjadi sumber untuk belajar menulis yang dituangkan di kompasiana dan blog www.utarininghadiyati.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Berkunjung ke Museum Katedral Jakarta

22 Juli 2024   08:06 Diperbarui: 23 Juli 2024   13:43 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melihat beragam benda koleksi Museum Katedral Jakarta dapat menambah wawasan dan pengetahuan.

Kembali menapaki jalan-jalan di Jakarta untuk melihat berbagai hal. Ternyata lama juga tidak jalan-jalan di kota ini. Sampai-sampai saya kaget dengan perubahannya.

Perubahan itu saya lihat dari balik jendela kereta commuterline. Jauh di dalam hati saya menguatkan tekad untuk melihat kembali Jakarta dari dekat.

Hari ini, pengenalan itu kembali dimulai. Semula ingin menapaki dan melihat perubahan yang terjadi di tepi pantai Jakarta, tepatnya ke Museum Bahari. Namun, akhirnya rencana itu berubah sewaktu saya mendapat informasi soal pameran tanaman di Lapangan Banteng. 

Dulu sekali, saya beberapa kali mendatangi pameran ini, dari sekadar melihat tanaman, sampai berburu anggrek murah.

Kembali ke masa kini. Keinginan untuk melihat pameran semakin kuat karena informasi yang beredar menyebutkan pameran tahun ini lebih seru. Pasti akan sangat menarik jika sebelum ke Lapangan Banteng saya melihat Museum Katedral.

Keinginan untuk berkunjung ke Museum Katedral sudah sangat lama. Keinginan itu selalu terkendala hingga akhirnya hari ini terwujud. Sebenarnya saya agak khawatir apakah Museum Katedral masih buka? Bisa saja waktu operasionalnya berubah.

Jika tak bertanya atau mampir langsung, pertanyaan itu tidak akan menemukan jawabannya. Jadi, langsung saja naik kereta dan turun di Stasiun Juanda. Berjalan melalui jembatan penyeberangan kemudian menyusuri trotoar ditepi pagar Masjid Istiqlal.

Dari seberang Katedral, saya melihat beberapa orang keluar. Cepat-cepat menyeberang dengan hati-hati dan bertanya pada petugas Gereja Katedral.

Petugas dengan ramah memberi petunjuk arah menuju Museum Katedral yang berada di gedung sebelah Gereja Katedral. Berbeda dengan museum yang pernah saya datang, Museum Katedral tidak terlalu ramai. Suasananya sangat tenang.

Saya sempat kebingungan karena tidak mendapati loket penjualan tiket. Tidak ada petugas yang untuk bertanya. Hanya sebuah papan kecil bertuliskan jam operasional museum, tepat di sebelah kanan pintu masuk. Museum ini dibuka pada hari selasa sampai sabtu pukul 10.00-16.00.

Pintu bagian depannya terlihat sedikit terbuka. Hanya ada satu pegangan pintu dari bagian dalam. Daun pintu bagian depan cukup polos tanpa pegangan.

Pelan-pelan, saya mendorong pintu dan melangkah masuk ke dalam. Suasananya hening sekali. Saya baru merasa yakin kalau museum itu sudah beroperasi waktu melihat beberapa orang pengunjung keluar dari sebuah ruang pamer.

Saya memutuskan untuk melihat bagian sebelah kanan dari pintu masuk. Terlihat beberapa pintu terbuka untuk menghubungkan beberapa ruangan. Dalam ruangan ini terdapat informasi mengenai kedatangan para pendeta ke Indonesia. Para pengunjung dapat melihat koleksi berupa sebuah kursi roda, patung, dan lukisan.

Dari sayap kanan, saya melihat ruangan-ruangan di sayap kiri. Terdapat sejumlah benda koleksi seperti buku catatan pernikahan dan buku baptis pertama. Tulisannya bagus sekali dan rapi. 

Tepat di dekat pintu ruangan, terdapat sebuah tangga menuju ke lantai dua. Di atas tersimpan berbagai benda yang masih terjaga dengan dengan, seperti tempat tidur besi, meja marmer, tempat air minum, peralatan untuk ibadah, hingga benda-benda yang diberikan oleh Paus saat berkunjung ke Jakarta.

Puas berkeliling di lantai dua, saya kembali ke lantai bawah. Langkah saya terhenti di depan ruang teater. Rupanya tengah diputar film dokumenter pembangunan Gereja Katedral. Cuplikan gambar dan narasinya sangat jelas sehingga informasinya tersampaikan dengan baik. 

Usai menonton dan melihat koleksi, saya merasa senang sekali karena mendapat informasi baru dari Museum Katedral. Inilah yang saya sukai setiap kali berkunjung ke museum. Pengetahuan saya menjadi bertambah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun