Mohon tunggu...
Utari ninghadiyati
Utari ninghadiyati Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger, kompasianer, penggiat budaya

Menjalani tugas sebagai penggiat budaya memberi kesempatan untuk belajar berbagai budaya, tradisi, seni, dan kearifan lokal masyarakat. Ragam cerita ini menjadi sumber untuk belajar menulis yang dituangkan di kompasiana dan blog www.utarininghadiyati.com

Selanjutnya

Tutup

Diary

Suatu Pagi di Stasiun Kosambi

15 Juli 2024   08:48 Diperbarui: 15 Juli 2024   08:54 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu pagi di Stasiun Kosambi Karawang. Sebuah stasiun kecil yang berada provinsi Jawa Barat. Beroperasi sejak pemerintahan Belanda hingga sekarang.

Menyusuri jalan utama di Kota Karawang menuju Stasiun Kosambi Karawang cukup menantang. Badan jalan dikuasi truk besar berisi muatan. Di sela-selanya melaju kendaraan roda dua. Semua saling memacu diri agar bisa sampai tujuan. Saya ikut serta memacu diri dengan berjalan di tepi jalan utama. Tidak ada trotoar jafi harus waspada.

Perjalanan menyusuri tepi jalan utama itu tidak sampai 1 km. Saya sengaja berjalan dengan santai sambil melihat sekeliling dan laju kendaraan. Sesekali menepi agar tidak tersentuh kendaraan.

Dari peta saya tahu letak tujuan aaya berada di sebelah kiri. Berarti saya harus menyeberang jalan utama. Perlu hati-hati sebab jalan lumayan padat.

Untunglah saya sampai keseberang dengan selamat. Mata kembali memerhatikan sekitar untuk mencari petunjuk arah atau lokasi Stasiun Kosambi. Sengaja mematikan peta di telepon gengam karena lokasi mudah dikenali.

Itu dia plang penunjuk letak Stasiun Kosambi. Tempatnya masuk ke dalam, sekitar 100 meter dari tepi jalan utama. Mengikuti petunjuk saya berjalan di jalan berbatu. Rupanya ada persimpangan di depan. Kali ini tanpa petunjuk apa-apa.

Belok saja ke kanan, kalau salah saya bisa berbalik arah. Ternyata saya salah, letak stasiun ada di arah sebaliknya. Ya sudah mari berbalik arah. Menyusuri jalan berbatu yang berakhir di halaman Stasiun Kosambi.

Stasiun kecil

Halaman Stasiun Kosambi sepi. Tidak ada kendaraan yang terparkir. Mungkin karena jadwal kedatangan kereta masih lama. Saya memutuskan untuk masuk ke peron stasiun saja. Duduk sambil mengamati bangunan bercat putih abu-abu.

Dari pengamatan, terlihat bangunan fisik stasiun tidak terlalu besar. Terdiri dari dua bagian, ruang tunggu penumpang dan ruang untuk operasional stasiun.

Di ruang tunggu tertata beberapa bangku dari besi. Ada juga bangku, serupa bangku taman, yang terbuat dari kayu dan besi. Kemudian ada bangku kayu diletakkan sepanjang tembok bagian dalam peron.

Walau ukuran stasiun tidak terlalu besar, namun keberadaannya sangat penting. Di atas relnya melintas kereta penumpang menuju kota-kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Dari sini juga melintas kereta lokal Walahar yang mengantar penumpang menuju Purwakarta dan Cikarang. Selama satu jam berada di sini, saya melihat berbagai kereta melintas dengan cepat. 

Bangunan Tua

Dari stasiun ini saya mau menuju ke Cikarang. Kereta baru akan datang sekitar pukul 09.40 WIB. Cukuplah waktu untuk membuat tulisan. 

Jika dilihat dari fisik bangunan, Stasiun Kosambi bukan stasiun baru. Keberadaan tembok tebal, jendela kayu besar dan tinggi, bangku kayu, dan tempelan batu kerikil dari bagian tengah hingga bawah bangunan menyiratkan kalau bangunan dibuat di masa pemerintahan Belanda.

Informasi dari internet, sayangnya sangat terbatas. Hanya menyatakan bahwa bangunan ini dibuat oleh pemerintah Belanda untuk memudahkan membawa barang yang dihasilkan menuju Batavia.

Sekarang, jalur kereta api yang melalui Stasiun Kosambi kini bertambah dengan semakin banyak kereta penumpang melintas di atasnya.

Mungkin asyik juga menjelajah kota-kota yang berada jalur kereta api. Hm, tentu akan menjadi petualangan baru yang menyenangkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun