Menyimak diskusi mengenai kebesaran dan kejayaan Kesultanan Banten memberi wawasan baru tentang Mahkota Banten dan Panji Banten. Dua simbol yang masih terus dikaji untuk mengetahui misteri yang belum terungkap.
Malam sudah hampir berganti ketika sebuah notifikasi masuk. Isinya mengabarkan kalau besok pagi ada diskusi mengenai Mahkota Banten dan Panji Banten. Saya bisa mengikutinya melalui tayangan di Instagram. Kesempatan yang sayang untuk dilewatkan.
Tepat pukul 08.00 WIB saya sudah membuka instagram. Penayangan diskusi tertunda 15 menit.Â
Tak lama para narasumber memaparkan hasil kajiannya.Â
Penjelasan mengenai Mahkota Banten dimulai dengan menampilkan salindia. Mahkota Banten yang dipenuhi ragam hias itu berbentuk setengah lingkaran. Bentuk ini terdiri dari 3 bagian, bagian paling besar, bagian tengah, dan bagian puncak.
Bagian paling besar memiliki garis lingkaran paling besar, ukuran semakin mengecil hingga ke puncak. Menurut pemateri, lingkaran mahkota tidak cukup besar untuk dipakai oleh orang dewasa.Â
Lingkaran bawahnya perlu dilapisi kain agar tidak menyakitkan kepala pemakainya.Â
Mahkota Banten mempunyai motif yang terdiri dari daun pakis, sulur, dan bunga. Seluruh ukiran terbuat dari emas bercampur tembaga.Â
Proses pembuatannya sangat spesial karena terlihat sang pembuat sudah mengadaptasi cara pemberian warna pada mahkota. Teknik ini terbilang rumit dan tidak semua mahkota menggunakan teknik tersebut. Hasil dari teknik pewarnaan terlihat pada hiasan berwarna hijau.Â
Selain hiasan yang rumit, keindahan Mahkota Banten semakin memancar berkat batu-batu mulia. Batu mulia tersebut disusun sedemikian rupaa sehingga sesuai dengan motif yang dibuat.
Memang hingga saat ini keberadaan Mahkota Banten masih perlu dikaji dan diteliti lebih mendalam, terutama mengenai peruntukannya. Begitu juga dengan panji Banten yang masih belum diketahui masa pembuatan dan kegunaannya.
Para ahli menduga Panji Banten tersebut dahulu dipakai untuk penyemangat para prajurit di medan perang. Setelahnya Panji Banten diyakini dipasang untuk menyemangati para pendekar debus saat mengikuti kompetisi.Â
Saat ini, para ahli masih terus berusaha mempelajari dan membuat replika dari Panji Banten agar dapat mengetahui sejarah keberadaannya. Tentu hal ini sangat menarik dan dapat memberi wawasan lebih dalam pada sejarah Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H