Mohon tunggu...
Utari ninghadiyati
Utari ninghadiyati Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger, kompasianer, penggiat budaya

Menjalani tugas sebagai penggiat budaya memberi kesempatan untuk belajar berbagai budaya, tradisi, seni, dan kearifan lokal masyarakat. Ragam cerita ini menjadi sumber untuk belajar menulis yang dituangkan di kompasiana dan blog www.utarininghadiyati.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hati-hati dengan Sampahmu

1 Mei 2024   12:49 Diperbarui: 1 Mei 2024   13:09 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dompet dari kantung plastik (dok. Pribadi).

Sampah sesungguhnya tanggung jawab setiap individu. Menyimpan sampah kecil dan membuangnya ke tempat sampah merupakan langkah tepat. Membuangnya begitu saja di sembarang tempat, meski selembar pembungkus nasi berwarna putih, dapat mencelakai orang lain. Jangan sampai ada ungkapan baru, jatuh terpeleset kertas pembungkus nasi bukan kulit pisang.

Sebuah grup WA ramai membahas kabar yang diunggah seorang anggotanya. Ibu itu menceritakan kegundahannya melepas ananda kembali ke tempatnya menimba ilmu. Penyebabnya, ananda terkena musibah saat memasuki stasiun. Dia terpeleset selembar kertas pembungkus nasi berwarna putih. Akibatnya kakinya mengalami cedera. Walau demikian sang mahasiswi memutuskan melanjutkan perjalanan karena harus kembali belajar.

Sebagai seorang Ibu, saya mengerti apa yang dirasakan sang Ibu. Sungguh berat membiarkan seorang anak pergi dalam keadaan tak sehat. Disisi lain merasa prihatin dengan kondisi lingkungan yang masih kotor. Rasanya tidak sulit untuk berjalan sebentar menuju tempat sampah dan meletakkan sampah pada tempatnya. Tetapi, mengapa rasanya berat sekali. 

Ubah Diri Sendiri

Sebuah pekerjaan berat untuk meminta orang lain mengubah kebiasaannya. Data dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Selatan jumlah timbulan sampah di Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan pada tahun 2023 mencapai 67.080 ton per hari. Baru 135.26 ton per hari sampah yang terangkut ke TPU. Masih banyak sampah yang belum terangkut. Bahkan masih ada warga yang membuang sampahnya ke tepi jalan.

Upaya mengatasi hal tersebut Pemerintah Kota Banjarbaru menerbitkan Perwali Kota Banjarbaru No. 32 Tahun 2018 tentang Kebijakan pengelolaan sampah rumah tangga. Untuk mengingatkan warga, tak kurang banyak spanduk dan pengumuman yang berisi seruan untuk membuang sampah pada tempatnya. Sayangnya seruan itu seperti tak bermakna. Lantas apa yang harus dilakukan?

Mulailah melakukan perubahan dari diri sendiri. Setidaknya prinsip ini yang saya serukan pada diri sendiri dan keluarga. Setiap bepergian atau berwisata, jika saya kesulitan membuang sampah, sampah tersebut akan dibawa pulang. Langkah kecil ini merupakan upaya menjaga lingkungan dari limbah domestik.

Memilah Sampah

Bagaimana nasib-nasib sampah yang ada di rumah? Tentu saja masing-masing sampah memiliki tempat tersendiri. Saya sengaja menaruh sebuah kardus besar di dekat meja kompor untuk menampung botol plastik bekas. Nanti botol-botol ini saya berikan pada petugas pengumpul sampah.

Lain halnya dengan sampah kertas. Jenisnya ada 3, kardus, rak telur, dan kertas. Kardus-kardus akan saya kumpulkan dalam sebuah wadah besar. Jika jumlahnya sudah cukup banyak, saya dapat memanggil pengumpul kardus yang akan membeli tumpukan tersebut. Demikian juga dengan rak telur, bedanya sampah ini akan saya antar sendiri ke agen telur untuk digunakan kembali.

Bagaimana dengan kertas-kertas tak terpakai sisa mencetak tulisan dan laporan? Semula saya kebingungan, akan dikemanakan sampah yang jumlahnya tidak terlalu banyak namun lama kelamaan bisa menumpuk juga. Untunglah saya bertemu pembuat tempe tradisional. Mereka masih membutuhkan kertas untuk melapisi bagian luar daun pembungkus tempe. 

Jika sampah-sampah yang bisa didaur ulang sudah menemui jalannya agar tidak mengotori lingkungan, saya masih punya tugas menangani sampah plastik terutama kantong plastik. Jumlahnya seperti berkejaran dengan upaya memanfaatkannya sebagai wadah tempat sampah. Penyebabnya, ajakan untuk mengurangi pemakaian kantong plastik belum sepenuhnya dilakukan, terutama di pasar tradisional dan warung. 

Jika mendapatkan kantong plastik, saya akan memisahkannya sesuai ukuran dan tebal tipisnya kantong plastik. Ketika jumlahnya sudah cukup banyak, kantong-kantong tersebut saya ubah menjadi benang plastik dengan cara menggunting. Benang ini akan saya rajut menjadi dompet. 

Hasil kerajinan tangan ini cukup kuat. Dompet rajut tersebut dapat bertahan hingga 4 tahun. Kondisinya pun masih bagus meski dipakai setiap hari. Tentu saja hal ini menyenangkan sebab apa yang saya lakukan dapat memberi manfaat serta secara tidak langsung turut menjaga lingkungan dari limbah sampah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun