Mohon tunggu...
Utari ninghadiyati
Utari ninghadiyati Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger, kompasianer, penggiat budaya

Menjalani tugas sebagai penggiat budaya memberi kesempatan untuk belajar berbagai budaya, tradisi, seni, dan kearifan lokal masyarakat. Ragam cerita ini menjadi sumber untuk belajar menulis yang dituangkan di kompasiana dan blog www.utarininghadiyati.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Dongeng Pertamaku

27 Desember 2023   11:34 Diperbarui: 27 Desember 2023   11:51 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penghargaan Paudpedia pertamaku (dok. Pribadi).

Jangan pernah takut untuk mencoba karena kita tidak pernah tahu kemampuan yang tersimpan.

Ketika membaca pengumuman di media sosial tentang lomba mendongeng sebenarnya hati saya sudah tergerak untuk mencoba ikut serta tetapi ragu. Alasan terkuat karena belum pernah mendongeng meski ketika kecil kerap mendengarkan dongeng. 

Ketika pengumuman kembali terpajang yang isinya adalah masa perpanjangan pendaftaran, saya menguatkan diri dan meyakinkan diri buat ikut lomba. Tidak apa mencoba sesuatu yang baru, bagaimana nanti hasilnya biarkan saja. Pokoknya maju dulu.

Pelan-pelan saya pelajari ketentuan lomba. Rupanya dongeng harus karya sendiri dengan tema yang telah ditentukan. Tema tersebut harus mengandung salah satu dari nilai karakter Pancasila yaitu, beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, kreatif, bernalar kritis, dan mandiri.

Nilai karakter yang menarik perhatian saya adalah kebhinekaan global. Seperti apa dan bagaimana menerapkannya dalam cerita bagi anak-anak usia dini. Dari berbagai informasi yang saya baca akhirnya bulat membuat cerita dengan nilai karakter tersebut.

Idenya berasal dari Perayaan Hari Galungan yang saya lihat di Pura Jagatnatha di Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru. Cerita dibuat dengan tokoh utama seorang anak perempuan yang berteman dengan dua anak laki-laki. Kemarau menyebabkan bunga-bunga layu karena air sumur mengering. Bunga-bunga tersebut dibutuhkan untuk kegiatan di Pura. Berkat kerjslasama dan bantuan teman-temannya, anak perempuan itu berhasil menjalankan tugasnya dengan baik.

Cerita sudah dibuat. Kini saya memasuki tahap selanjutnya mendongeng. Walau kegiatan ini tidak dilakukan dihadapan anak-anak tapi rasanya menantang sekali.

Pertama saya mencoba membaca naskah begitu saja, sama persis dengan cerita yang saya buat. Hasilnya terasa aneh. Siapa yang akan tertarik melihatnya. Akhirnya belajar cara mendongeng secara kilat melalui internet.

Melihat video-video dongeng, saya takjub sendiri. Bagaimana para pendongeng mampu membawakan cerita, memberi efek suara, dan memainkan properti atau alat tambahan dengan baik. Saya tentu belum bisa memainkan suara. Setidaknya saya bisa mengatur intonasinya.

Bagaimana dengan properti yang digunakan? Tidak ada boneka. Hanya ada bunga-bunga rajut aneka warna. Kenapa tidak dimanfaatkan saja, bunga-bunga ini bisa menempel di jari dengan bantuan lem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun