Mohon tunggu...
Utari ninghadiyati
Utari ninghadiyati Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger, kompasianer, penggiat budaya

Menjalani tugas sebagai penggiat budaya memberi kesempatan untuk belajar berbagai budaya, tradisi, seni, dan kearifan lokal masyarakat. Ragam cerita ini menjadi sumber untuk belajar menulis yang dituangkan di kompasiana dan blog www.utarininghadiyati.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Pindang atau Gulai Patin? Sama Enaknya

1 Oktober 2023   18:54 Diperbarui: 1 Oktober 2023   19:04 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pindang atau gulai patin? (Dok. Pribadi)

Lama sudah tak menikmati ikan patin. Rasanya kok jadi kangen. Apalagi secara tiba-tiba, terbayang semangkuk pindang patin dengan kuah bening lengkap dengan potongan nanas. Hati jadi meronta-ronta untuk menyajikannya untuk makan siang. Udara kering dan panas sangat cocok menyantap makasan bercitarasa segar.

Bergegas ke pasar. Di bawah langit biru dan udara yang bersahabat, sepertinya angin sedang membawa asap kebakaran lahan pergi ke tempat lain, saya bisa bebas memilih bahan-bahan untuk memasak patin.

Di tempat saya tinggal sangat mudah mendapati penjual ikan patin. Saya juga suka karena tidak perlu repot menyisihkan duri-duri kecil. Saat membeli, saya selalu memilih bagian ikan yang berdaging yang berada di bagian tengah. Kalau bagian depan ada bolongnya. Bagian belakang dagingnya kurang tebal.

Cukuplah 500 gram daging ikan patin segar untuk makan siang. Sembari menjinjing wadah pembungkus ikan saya mendatangi penjual sayur. Ada bayam, kangkung, sawi, jagung, dan kacang panjang. Kemarau membuat harha sayuran lebih tinggi dibanding musim biasa. 

Tak apa, 8 lonjor kacang panjang seharga Rp2.000 menjadi pilihan. Sekarang menuju penjual bumbu dapur untuk membeli bumbu dapur lengkap. Baru setelah itu berpikir, mau membeli nanas untuk pelengkap atau tidak. Di rumah masih ada beberapa buah tomat sayur kecil. Rasanya bisa jadi campuran ikan patin.

Oke. Tuntaskan saja kegiatan belanja dan pulang untuk memasak ikan patin. Sampai di rumah langsung membersihkan ikan dan menyiapkan bumbunya. Bawang putih, bawang merah, kemiri, kunyit, jahe, bunga pekak, dan jinten yang dihaluskan dengan cara tradisional alias di ulek. Oh ya, jangan lupakan cabau agar warnanya lebih merona.

Hm, jadinya ikan patin dimasak apa nih. Bumbunya ada unsur gulai tapi ada juga unsur gulainya. Ah, biarlah. Bukankah kolaborasi itu mengasyikan.

Sebaiknya segera menyiapkan panci yang diberi sedikit air. Biarkan sebentar hingga mendidih baru masukan bumbu yang sudah dihaluskan. Tambahkan denga seruas lengkuas dan daun salam serta asam jawa. Biarkan hingga bumbu matang. Tambahkan airnya hingga potongan ikan dapat berenang di sana. 

Namun jangan masukan ikan sebelum air mendidih. Air yang mendidih membuat proses merebus ikan menjadi lebih ceoat, begitu menurut saya. 

Sebelumnya, setelah air mendidij saya masukan kacang panjang yang di potong agak panjang. Baru setelah air mendidih kembali, saya masukkan potongan ikan patin. Kemudian membiarkannya hingga matang. Setelah itu bubuhi dengan gula pasir, garam, dan sedikit msg. 

Hasilnya, masakan ikan patin matang. Tak usah pusing apakah ikan patin dimasak pindang atau gulai. Tandasnya nasi di piring dalam waktu singkat jadi tanda kalau masakan ini dapat diterima dan bisa jadi favorit keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun