Lauk pendamping lainnya merupakan pelengkap. Demikian juga dengan bubur merah putih yang hadir sebagai penolak bala.Â
Bubur ini bersanding dengan bubur asyura yang biasa dibuat masyarakat banjar pada bulan sura. Untuk pembuatannya harus menggunakan berbagai bahan yang jumlahnya mencapai 41 jenis. Semuanya dimasak bersama hingga masak.
Perbincangan pun usai. Prosesi akan segera dimulai. Di awali dengan pembacaan doa kemudian memnajatkan doa khusus dengan memakai bahasa jawa. Saya mencoba menyimak, namun karena keterbatasan perbendaharaan kata, saya tidak bisa mengartikan secara kata per kata. Namun secara umum, doa yang dipanjatkan merupakan ungkapan kebahagian dan terima kasih atas rejeki, kesehatan, dan berbagai hal baik yang telah dijalani.
Ya, berterima kasih pada pemilik hidup, semesta, dan diri sendiri merupakan laku yang secara tidak langsung membuat saya sadar bahwa untuk sampai di titik ini, ada banyak hal yang dilewati.Â
Malam kian larut ketika tumpeng dibagikan ke semua orang. Kemudian pertemuan usai dan semua kembali ke rumah. Termasuk saya yang kembali melintasi jalan yang sunyi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H