Suatu hari, ketika suasana terasa nyaman. Matahari tak terlalu terik. Angin berembus lembut.Â
Tiba-tiba, terdengar suara dari sebuah kamar. Suara itu tidak terlalu keras. Namun cukup membuat seekor kumbang tertarik.Â
Kepakan sayapnya masih terdengar. Namun, kini ditingkahi suara benda-benda disisihkan.
Tak lama, arah suara berpindah. Kali ini dari ruang depan. Tak ada suara benda yang terbentur. Seperti gelas yang teradu. Hanya gesekan kertas yang berpindah tempat.Â
Sementara di teras, serangga berwarna hitam dengan noktah kuning, terus mengepakkan sayapnya. Mendekat ke jendela.
Belum juga mencapai ambang jendela, suara kembali terdengar dari ruangan tempat asal suara.
Kumbang yang merasa suara tersaingi, mengintip dari balik jendela. Terlihat seorang perempuan paruh baya sibuk mengobrak-abrik rak plastik berwarna putih.
Beberapa botol kecil tampak berserakan di atas meja. Sementara botol berukuran sedang tampak pasrah di atas peraduan.
Kumbang terus mengamati. Kali ini dia memilih hinggap di kusen jendela. Memberi kesempatan sayapnya untuk beristirahat.Â
Matanya melihat perempuan itu mengambil sebuah benda berwarna ungu. Membukanya, lalu mengoleskan sebuah benda putih ke dalamnya. Kini, benda itu tak lagi putih mulus. Bagian ujungnya berwarna merah muda.
Pelan-pelan, ujung berwarna merah muda itu menyapu bibir. Gerakan itu dilakukan berulang kali hingga warna merah muda terlihat jelas. Perempuan terlihat berbeda, lebih segar dan ceria. Kegaduhan pun reda. Saatnya kumbang kembali mengepakkan sayap dan menguasai keriuahan di teras depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H