Sejak pagi sinar matahari cukup terang. Semakin mendekati siang, tak hanya sinar mentari yang garang, tapi angin berembus cukup kencang.
Di kala bulan-bulan biasa, dalam arti bukan bulan ramadan, tentu menyejukan diri dengan meneguk air akan jadi pilihan. Namun tidak di bulan ramadan.Â
Padahal rasanya tak cuma haus, tapi kulit terasa kering. Apalagi setelah berkendara untuk menjemput anak dari sekolah.
Saat panas terik begini, bukan hal yang aneh jika berpapasan dengan pengendara atau warga yang menggunakan pupur dingin.
Dari kejauhan sudah terlihat kok karena kulit wajah terlihat putih. Inilah skincare alami masyarakat banjar. Penggunanya bisa siapa saja, dari anak-anak sampai orangtua.Â
Saya juga kerap memakainya. Selalu ada stok pupur dingin bangkal. Disebut demikian karena pembuatnya berasal dari Kampung Bangkal.Â
Pupurnya berbeda dengan pupur dingin yang dijual di pasar. Warnanya lebih kecolatan karena campuran kayu bangkal.Â
Kayu ini bermanfaat untuk mengahluskan kulit dan membantu menipiskan flek hitam.
Namun apakah memakai pupur dingin sudah cukup. Tentu saja masih memerlukan perawatan agar kulit tidak kering karena berkurangnya cairan yang masuk ke dalam tubuh.
Caranya tentu saja dengan rajin membersihkan wajah. Saat pagi fan malam hari setelah selesai beraktivitas.