Mohon tunggu...
Utari ninghadiyati
Utari ninghadiyati Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger, kompasianer, penggiat budaya

Menjalani tugas sebagai penggiat budaya memberi kesempatan untuk belajar berbagai budaya, tradisi, seni, dan kearifan lokal masyarakat. Ragam cerita ini menjadi sumber untuk belajar menulis yang dituangkan di kompasiana dan blog www.utarininghadiyati.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pagi-pagi Gibahin Mie Instan

4 April 2023   15:50 Diperbarui: 4 April 2023   16:20 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Martabak mi dadakan (foto: pribadi)

Apa!

Ternyata tema hari ini sahur pakai mie instan. Begitu ekspesi saya waktu baca ketentuan kegiatan thr kompasiana 2023.  

Gimana nggak shock, saya sahur pakai mie instan itu sudah beberapa hari lalu. Jangankan bikin video, di foto pun tak sempat karena waktunya mendesak.

Entah kenapa vibe hari ini kok soal mie. Mengapa oh mengapa.

Rasa kayak ada perjanjian gitu buat gibahin mie instan. Tanpa hujan dan angin, saya dan beberapa teman membicarakan soal sahur dengan mie instan.

Awalnya sih seorang teman bercerita kalau merasa lapar, padahal baru jam 9 pagi. Munculah berbagai pertanyaan seputar makanan untuk sahur.

Keluarlah berbagai macam makanan singkat buat di masak secara kilat. Salah satunya ya mie instan.

Inilah yang menjadi menu sahur tadi pagi, aku teman saya.

Lalu bak perseteruan antara makan bubur di aduk dan nggak di aduk, munculah perbedaan pendapat soal makan mie pakai nasi dan makan mie tanpa nasi.

Teman ternyata termasuk penyuka mie tanpa nasi. Alasannya, nasi kan sebelas duabelas sama mie. Beda bentuk saja. Sama-sama bikin kenyang. Tentu saja lebih praktis.

Beda dong pendapat yang lain. Menurutnya makan mie harus dengan nasi supaya kenyang maksimal. Selain itu nasi beda dengan mie. Bahan pembuatnya aja beda. Cara masaknya apalagi. 

Baiklah, kalau menurut saya gimana. Kan kalau berdebat harus ada yang jadi penengah.

Kebetulan kami bertiga, otomatis ya yang jadi penengah.

Menurut saya sih tergantung waktu dan keinginan. Kok kayak galau ya?

Oh tentu tidak dong.

Makan mie instan tanpa nasi sering saya lakoni kalau membutuhkan kehangatan. Kuah yang banyak sayang kalau diberi nasi, nanti jadi hilang terserap butiran berwarna putih.

Makan mie tanpa nasi juga bisa membangkitkan kenangan akan keseruan saat masih kecil. Ketika ibu berkata , jangan makan mie terus.

Lalu saya juga makan mie instan dengan nasi kalau lagi kelaparan. Bisa juga kalau bentuk mienya berubah jadi martabak mie.

Atau mie instannya jadi mie goreng lengkap sama beragam isi. Atau ketika menyantap mie instan bersama teman-teman waktu kemah.

Jadi menurut saya, sah-sah aja makan mie tanpa nasi dan dengan nasi. Tak usahlah bergibah lebih baik menikmati mie instan untuk buka puasa nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun