Lanjutan perjalanan ke bagian ujung. Ramai banget. Pengunjung mengerubungi seorang pedagang yang nggak berhenti berteriak menawarkan barang.
Sebuah seprai dan handuk ditawarkan seharga Rp 150.000. Lalu berbagai peralatan elektronik dengan harga miring tentu saja menarik perhatian pengunjung.Â
Wah, ini benar-benar pasar malam.
Ombak di pasar malam
Puas menyaksikan aksi pedagang barang kelontong, saatnya berkeliling melihat berbagai wahana yang ditawarkan.
Ada empat wahana besar yang ditawarkan ke pengunjung, wahana ontang-anting, kincir angin, komedi putar, kora-kora dan ombak. Semua wahama berhias lampu warna-warni, namun tentu saja yang jadi ikon adalah kincir angin.
Tapi keramaian justru berasal dari wahana kora-kora. Teriakan penonton memenuhi malam setiap kali kora-kora bergerak. Teriakan mulai berhenti saat suara klakso terdengar keras. Tanda permainan akan usai.
Namun saya tidak terlalu tertarik sama kedua wahana. Saya mengajak si kecil melihat wahana ombak. Dulu sekali ketika masih anak-anak, saya pernah naik wahana itu.
Terayun-ayun di wahana yang terbuat dari kayu sungguh mendebarkan. Sensasinya bertambah karena suara derak kayu. Rasanya gimana gitu.
Kalau sekarang wahana ombak terbuat dari besi. Meski demikian cara mengoperasikannya masih sama. Perlu di dorong secara manual.