Pelan-pelan saya mengalihkan perhatian pada altar-altar lain yang digunakan untuk sembahyang. Ada 3 altar besa, masing-masing dengan Dewa yang berada di ujung meja. Pada bagian depan altar terdapat sebuah wadah besar dari kuningan untuk menaruh hio sembahyang.
Ya ampun, altar itu dihiasi ukiran yang cantik. Lama saya memandangi altar dan segala perlengkapannya karena terpana dengan kehalusan ukirannya. Pandangan saya terhenti pada pintu kayu yang merupakan sekat antara patung para dewa dengan altar sembahyang.
Namun, siapa menyangka dibalik keindahan ukiran, ada binatang kecil yang menggerogoti. Rayap itu pelan-pelan merusak pintu kayu. Upaya perawatan tetap dilakukan agar tidak terjadi kerusakan yang lebih fatal.
Yinyang
Keistimewaan Kelenteng rupanya tidak hanya berada di bagian dalam. Pada bagian luar, tepatnya di halaman terdapat sebuah tiang yang terbuat dari kayu ulin.tiang berwarna hitam itu terlihat sedikit miring. kayunya tampak mulai melapuk. Bagian puncaknya terlihat pecah karena dimakan cuaca. Untuk menggantinya sangat sulit mengingat tiang dibuat dari satu batang pohon utuh.Â
Masih pada bagian atap, terdapat ukiran berbentuk naga. Ukiran ini masih belum mengalami perubahan dan sangat terawat. Sementara di halaman, tepat di atas paving block terlihat lukisan yin yang. Hal ini menandakan keseimbangan hidup.
Ah, sayang waktu berlalu begitu cepat, hingga saya harus mengakhiri kunjungan dan kembali ke rumah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H