Mohon tunggu...
UtamaPutranto
UtamaPutranto Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Program Doktoral Komunikasi Universitas Sahid

membahas hal yang berkaitan dengan komunikasi, fotografi, musik, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Aura yang bertahan: Menafsir Ulang Teori Walter Benjamin dalam Konteks Kedewasaan Audiens

25 Juli 2024   09:52 Diperbarui: 25 Juli 2024   09:57 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Walter Benjamin dalam esainya "The Work of Art in the Age of Mechanical Reproduction" menyatakan bahwa reproduksi mekanis menghilangkan "aura" seni—keaslian yang terikat pada orisinalitasnya (Benjamin, 1936). Artikel ini meninjau ulang konsep Benjamin dan mengusulkan bahwa aura tetap ada, dipengaruhi oleh kedewasaan pemahaman audiens. Dengan mengeksplorasi evolusi selera dan apresiasi, saya berargumen bahwa aura seni adalah konsep dinamis yang terus dibentuk oleh pengalaman individu dan kolektif.

Konsep Aura Menurut Benjamin

Benjamin mendefinisikan "aura" sebagai keunikan karya seni yang terkait dengan keaslian dan konteksnya. Reproduksi mekanis, seperti fotografi dan film, menurutnya, menghilangkan aura ini dengan memisahkan karya dari konteks sejarah dan geografisnya, menggeser seni dari "Cult Value" menjadi "Exhibition Value" (Benjamin, 1936). Perubahan ini membuat seni lebih dapat diakses oleh massa, namun mengorbankan kehadiran unik karya seni dan keterlibatan autentik.

Benjamin juga mencatat bahwa reproduksi mekanis memberikan dimensi politik baru pada seni. Ia mengamati bahwa reproduksi massal dapat digunakan sebagai alat propaganda, memperkuat pesan tertentu dengan cepat dan luas (Benjamin, 1936). Namun, meskipun reproduksi meningkatkan aksesibilitas, ada kerugian dalam hilangnya pengalaman langsung dengan karya seni asli, yang mengandung sejarah dan konteks spesifiknya.

Subjektivitas Aura

Aura adalah pengalaman subjektif yang bergantung pada koneksi individu, respons emosional, dan latar belakang budaya. Bagi sebagian orang, aura seni digital bisa sama kuatnya dengan karya asli, karena keterlibatan pribadi. Pemahaman yang berkembang menunjukkan bahwa aura adalah konsep hidup yang dinamis, dibentuk oleh pengalaman pribadi dan perubahan sosial. Ini berarti bahwa setiap individu membawa perspektif uniknya sendiri ke dalam interaksi dengan karya seni, menciptakan pengalaman yang unik dan personal.

Sebagai contoh, pameran seni digital dan instalasi interaktif memungkinkan pengunjung untuk terlibat dengan seni secara langsung dan personal. Instalasi seperti "Rain Room" oleh Random International, di mana pengunjung bisa berjalan melalui hujan tanpa basah, menunjukkan bagaimana teknologi dapat menciptakan pengalaman yang mendalam dan personal, memperkuat aura yang dihasilkan melalui interaksi langsung.

Kedewasaan Audiens

Seiring individu tumbuh dewasa, selera dan persepsi mereka berevolusi. Selera anak terhadap musik sederhana berubah seiring dewasa menjadi apresiasi terhadap variasi yang lebih kompleks. Begitu pula, pemahaman seni berkembang dari keterlibatan literal di masa kanak-kanak menjadi pengakuan atas makna, konteks sejarah, dan nuansa emosional yang lebih dalam. Kedewasaan ini memungkinkan audiens untuk mengakui nilai dan aura seni melalui berbagai tahap kehidupan.

Perkembangan Selera Musik pada Anak-anak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun