Secara harfiah, jenuh adalah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi membuat apapun, juga dapat berarti jemu atau bosan.[1] Dalam dunia pendidikan, kejenuhan belajar adalah peristiwa negatif yang terkadang dialami siswa. Kejenuhan dalam belajar atau learning plateu adalah kondisi mental negatif yang diakibatkan rendahnya motivasi belajar, sehingga berpengaruh pada hasil belajar yang kurang maksimal. Peristiwa jenuh ini apabila dialami oleh siswa, menyebabkan kemampuan berpikir tidak bekerja dengan maksimal, sehingga dia akan merasa usahanya sia-sia meskipun telah belajar dengan intensitas waktu yang lama.[2]
Kejenuhan dalam belajar dapat ditandai dengan sering berbicara dengan teman saat pelajaran berlangsung, tidak memperhatikan guru, banyak melakukan kesalahan, tingginya absensi dll. Ketika siswa mengalami kejenuhan maka siswa cendrung tidak terfokus fikrannya untuk menyerap pelajaran yang diberikan, sehingga akan berdampak pada perkembangan sosialnya dan sering gagal dalam menyelesaikan tugas-tugas serta lalai akan tanggung jawab sebagai seorang peserta didik.[3]
Â
Faktor kejenuhan dalam belajar:
Pada umumnya penyebab kejenuhan adalah karena kelelahan, sehingga menyebabkan munculnya perasaan bosan pada siswa yang bersangkutan. Menurut Soetomo (1981) kelelahan berdasarkan faktor penyebabnya ada empat macam, yakni:
Â
- Kelelahan fisik (physical/ muscular fatigue)
- Kelelahan psikologi
- Kelelahan mental (mental fatigue)
- Kelelahan keterampilan (skiil fatigue)
Â
Faktor kejenuhan yang disebabkan oleh kelelahan fisik dan indrawi seperti mata, telinga, tengkuk dll. Namun pada umumnya kelelahan fisik ini dapat dikurangi atau lebih mudah dihilangkan setelah siswa beristirahat dengan cukup. Misalnya; tidur nyenyak, mengonsumsi makanan dan minuman yang cukup bergizi. Sebaliknya, kelelahan mental dan keterampilan tidak dapat diatasi dengan cara sederhana. Itulah sebabnya dua jenis kelelahan ini dipandang sebagai faktor utama kejenuhan dalam belajar.
------------
[1] Perasaan kelelahan merupakan reaksi fungsionil dari cortex cerebri yang merupakan pusat kesadaran yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistik, yaitu sistem penghambat (inhibsi) yang terdapat dalam thalamus yang berfungsi menahan kemampuan dalam berekasi dan membuat seseorang ingin beristirahat atau tidur. Serta sistem penggerak atau aktivasi yang terdapat di dalam formatio retikularis yang bekerja merangsang pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dalam tubuh untuk bekerja, belajar, aktifitas dll.
Keadaan seseorang sangat dipengaruhi oleh kedua sistem tersebut yang bersifat berlawanan (Protagonis). Jika sistem penghambat lebih kuat, maka seseorang akan merasa kelelahan dan penyesuaian trofotropik akan bereaksi sehingga tindakan organ motoriknya menurun. Begitupun sebaliknya, apabila sistem penggerak bersifat lebih dominan, maka seseorang akan merasakan segar dan penyesuaian ergotropik berjalan sehingga menyebabkan ketersediaan motorik untuk bekerja (Sastrowinoto, 1985).
[2] Diana Vidya Fakhriyani, Transfer Belajar, Lupa & Jenuh dalam Belajar (Psikologi Belajar Pertemuan 11), Academia, 2019, Hal. 12.
[3] Nihayah, Pengaruh Bimbingan Belajar Terhadap kejenuhan Dalam Belajar Pada Siswa Kelas XI di SMAN 1 Gerung Kabupaten Lombok Barat, Vol. 12 No. 1, el-Hikmah, 2018, Hal. 53-54
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H