Mohon tunggu...
SDN 1 PAMUBULAN
SDN 1 PAMUBULAN Mohon Tunggu... Guru - SEKOLAH

WADAH BERBAGI GURU

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Benarkah Gengsi Itu Tidak Sehat?

19 September 2022   21:29 Diperbarui: 19 Januari 2023   08:59 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kita sadar bahwa apa yang kita miliki sekarang adalah sebuah titipan, maka kita tidak akan sibuk membandingkan diri kita dengan orang lain. Sehingga akhirnya seperti apa pun jalannya kita akan berlapang hati menerimanya, tidak ada lagi perasaan rendah diri, membandingkan diri atau bahkan menyahkan diri.  

Menjadi diri sendiri dengan versi terbaik diri kita

Rasa gengsi biasanya hadir ketika kita mulai membandingkan diri kita dengan orang lain, merasa tidak ingin tersaingi dan berada di bawa standar orang lain, merasa diri kurang ketika tidak sejajar atau lebih dari orang lain, yang kenyataannya itu semua hanya perasaan negatif yang kita pelihara, sehingga dia berkembang dan mengendalikan kita, yang membuat kita tidak dapat mengenali diri kita sendiri dan menggali potensi terbaik yang kita miliki. 

Pada akhirnya, karena tidak ingin terlihat kurang kita terus menutupinya dengan tembok gengsi yang lebih tinggi dari diri kita sendiri. Tidak sedikit orang yang meninggikan gengsi di atas dirinya melakukan kebohongan untuk menutupi kelemahan atau kekurangan yang kita miliki. 

Jelas sekali jika rasa gengsi sudah mengendalikan diri kita tentunya itu sudah tidak sehat dan harus segera diobati salah satu caranya adalah mencintai diri sendiri. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Kristin Chenoweth "If you can learn to love yourself and all the flaws, you can love other people so much better. And that makes you so happy." 

Berdamai dengan diri sendiri    

Ralph Waldo Emerson pernah mengatakan bahwa "Nothing can bring you peace but yourself". Dari ungkapan Ralph jelas bahwa tidak ada satu orang pun yang dapat membawa kedamain kalau bukan diri kita sendiri yang membangunnya. Dr. Jiemi Ardian Sp. KJ menyimpulkan bahwa berdamai dengan diri sendiri bisa dipahami sebagai penerimaan akan kondisi saat ini. Berdamai dengan diri sendiri merupakan sebuah proses dalam kehidupan yang harus kita jalani agar kita tidak terjebak dalam ruang perbandingan hidup yang tidak akan pernah ada akhirnya.

Bagaimana pun ceritanya, jalan cerita setiap orang tidak selalu sama dan hal yang membuat kita merasa sulit menerima keadaan ketika semua itu berjalan di luar ekspetasi adalah kurangnya pemahaman diri terhadap diri kita sendiri, kita terlalu sibuk menjadi sahabat yang baik untuk orang lain, tapi lupa bagaimana caranya menjadi sahabat yang baik untuk diri sendiri. 

Kita terlalu sibuk memahami orang lain namun lupa memahami diri sendiri dan terkadang kita menjadi pribadi yang begitu bijak untuk orang lain namun tidak untuk diri sendiri, karena kita terlalu fokus dengan orang lain sehingga diri sendiri kita abaikan, akhirnya kita tidak tahu apa yang kita butuhkan. Menjadi pribadi dengan penerimaan penuh akan diri sendiri menjadi langkah awal kita agar dapat mencintai dan berdamai dengan diri sendiri.

Dari tiga tips di atas semoga mampu menjadi solusi dalam mengelola gengsi yang tertanam dalam diri kita agar menjadi gengsi yang sehat. Jadi sudah jelas ya,baik atau tidaknya sebuah gengsi,  semua tergantung porsi dan kadarnya. kalau kata Socrates tuh "Eat to live, not live to eat." :) 

penulis : Ayu Uswah Munjiah, S.Pd

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun