Mohon tunggu...
SDN 1 PAMUBULAN
SDN 1 PAMUBULAN Mohon Tunggu... Guru - SEKOLAH

WADAH BERBAGI GURU

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hadiah Ibu Mengubah Makna Hidupku

3 Januari 2018   20:20 Diperbarui: 13 Januari 2018   08:55 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu, begitulah aku memangginya, sosok perempuan hebat dengan kasih tiada batas dan cinta tiada tara. Jika berbicara tentang ibu, aku teringat 5 tahun lalu ketika aku lulus dari MAN setara dengan SMA, saat itu seperti halnya anak-anak pada umumnya, keinginanku untuk melanjutkan studi kejenjang yang lebih tinggi pastinya ada. Namun waktu itu, mengingat keadaan keluarga yang tidak memungkinkan, dengan kondisi Bapak yang masih bekerja sebagai guru honorer yang digaji 3 bulan sekali dengan 4 orang adekku yang butuh biaya, rasanya keinginan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi hanya sebuah angan, itu pikiranku. Aku pun mencoba mengutarakan keinginanku kepada Ibu untuk ikut bekerja dengan kakak kelasku, intinya waktu itu aku minta ijin ngerantau buat cari kerja. Ternyata apa yang aku pikirkan tidak sama dengan yang apa yang ibuku pikirkan, mendengar penjelasanku yang ingin bekerja ibu langsung memintaku untuk melanjutkan sekolah. Saat itu ibu menyarankan untuk mencoba daftar di STAN, waktu itu aku masih belum tahu bahwa ada beasiswa Bidikmisi.

"Ayu lanjut saja Kuliah, ibu dengar kalau di STAN gratis, coba ikutan daftar" itu adalah sepenggal kalimat dari Ibu yang membuatku semangat untuk melanjutkan studi, saat itu angin segar untuk membangun sebuah harapan sudah mulai aku rasakan. Melihat ibu yang begitu semangat berjuang agar aku bisa kuliah, saat itu perasaanku tidak dapat aku jelaskan seperti apa, nyatanya yang aku rasakan, aku tidak ingin mengecewakan ibu dan dapat mewujudkan apa yang ibukku mau adalah harapan terbesarku, walaupun aku bukan Allah, tapi Aku punya Allah yang siap mengabulkan apa yang hambaNya minta. Selain berdoa dan meminta kepada sang pemilik segalanya, agar dapat lolos di STAN aku pun terus belajar, hingga akhirnya sebuah kabar membuat semangatku mengerucut menjadi kusut, saat itu tepatnya tahun 2012 pendaftaran STAN tidak dibuka. Aku pun memberitahukannya pada ibu dan ternyata semangat ibuku tidak mengusut, ibu tetap memintaku untuk melanjutkan kuliah. Ibu memintaku untuk ikut tes masuk PTN, waktu itu aku mencoba daftar SNMPTN Undangan dan ternyata di Sekolahku sudah ada Bidikmisi, jadi aku pun ikut daftar SNMPTN undangan Bidikmisi.

Namun, karena saat itu Bapak ingin aku masuk PGSD sedang di SNMPTN Undangan yang aku ambil bukan PGSD, ibu memintaku untuk daftar kembali dan mengabil PGSD, lantas aku pun ikut daftar SNMPTN Tulis dan mengambil PGSD, namun karena SNMPTN Undangan belum diumumkan jadi ketika SNMPTN Tulis aku terdaftar sebagai pendaftar regular. Jujur saat itu aku sempat pesimis lolos SNMPTN Tulis karena jurusan yang aku ambil saat di MAN tidak linier dengan jurusan yang aku ambil saat kuliah. Namun, karena melihat semangat ibu dan motivasi ibu yang tiada mereda, entah kenapa itu seperti menjadi suntikan semangat untukku untuk terus berusaha. Saat itu kurang lebih satu minggu aku fokus untuk belajar pesiapan SNMPTN Tulis. Ibukku bukan hanya wanita hebat dengan kekuatan hati yang tiada tara, tapi ibu juga adalah sahabat terbaikku yang selalu siap berjuang bersamaku tanpa kata lelah. Hingga sampai saat ini pun ibu tetap menjadi sahabat terbaikku.

Setelah melewati serangkain tes SNMPTN Tulis, perasaan takut tidak lolos tidak dapat aku tampik, saat itu aku takut tidak lolos karena takut mengecewakan orangtua terutama ibu yang sudah bejuang habis-habisan, semangat tiada redup dan doa yang tiada putus untuk kesuksesan anak-anaknya, aku yakin semua anak yang berada di posisiku saat itu tidak ingin mengecewakan orangtuanya.

"Ibu kalau ayu tidak lolos gimana?" Tanyaku pesimis

"Berdoa saja terus, ikhtiarkan sudah, sekarang tinggal doanya, ibu juga terus medoakan supaya ayu lolos dan Allah memberikan yang terbaik" Jelas ibukku, membuatku sadar bahwa ketakutanku akan sebuah hasil terlalu berlebihan sehingga membuatku lupa bahwa tidak ada hasil yang mendustakan proses.

Setelah melewatkan minggu demi minggu akhirnya pengumuman SNMPTN Tulis pun keluar. Perasaan ragu, takut, cemas, penasaran semua terakumulasi menjadi satu, pokoknya saat itu rasanya nano-nano semua rasa udah kayak campur di satu tempat. Bismillah adalah kata yang pertama aku ucapkan ketika membuka portal pengumuman dan hasilnya aku dinyatakan lolos sebagai mahasiswa PGSD di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Ternyata Allah meridhai pilihan orangtuaku, memang benar bahwa Ridha Allah adalah Ridha orangtua, itulah yang aku rasakan saat itu. Saat itu perjuanganku masih belum selesai, karena saat SNMPTN Tulis aku tidak menggunakan PIN Bidikmisi maka aku harus berusaha dengan ekstra agar mendapatkan besiswa Bidikmisi tahap 2 yang registrasinya aku urus ketika sudah masuk kuliah. Singkat cerita setelah berbagai ranjau aku lewati sampai dibohongi orang pun aku terima, dengan usaha dan doa tiada henti akhirnya aku lolos beasiswa bidikmisi dan semua itu tidak lepas berkat doa ibu yang tiada putus.

Berbicara hadiahDariIbu, aku rasa semua yang ibukku berikan untukku adalah hadiah yang paling bermakna dalam hidupku, terutama kasih sayang dan doa yang tiada henti untukku. Namun dari banyaknya hadiah yang ibu berikan untukku, hadiah yang mampu membuatku memandang bahwa hidup bukan untuk membahagiakan diri sendiri, adalah Restu ibu ketika aku meminta ijin untuk merantau di daerah terpencil di pulau Sulawesi untuk menjadi Relawan Pendidikan.  Saat itulah makna hidupku berubah, bukan lagi memandang hidup itu tentang seberapa banyak yang aku dapatkan, tapi tentang seberapa banyak yang mampu aku berikan untuk orang lain dan HadiahDariIbu itulah yang mampu mengubah cara pandang hidupku menjadi lebih bermakna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun