_
 "Kau bisa saja membawanya tanpa membayar seperti yang biasa dilakukan preman-preman bukan?" Ibu itu heran.
 _
 "Saya memang miskin. Tapi saya tidak mengambil yang bukan hak saya," ketus Lumiere sambil berbalik meninggalkan lapak rujak.
 _
 "Tunggu, Nak," ibu itu memanggil. Langkah Lumiere terhenti.
 "Bawalah ini untuk istrimu. Ia tentu sangat menginginkannya, bukan? Ambilah, ini pemberian Tuhan. Kau sudah berpayah melawan pemalak. Itu baik. Tapi baik saja tak cukup. Kau harus hati-hati dan waspada pula pada pencuri yang ternyata lebih hati-hati dan waspada."
 _
 Raut di wajah Lumiere sedikit membaik. Tuhan suka sekali bercanda. Membuatnya sedih dan bahagia dalam jeda waktu yang tidak lama. Selalu begitu, seperti latihan panjang yang suka berulang. Kadang ia kalah. Kadang ia gagal. Sisanya berusaha mengobati diri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI