Mohon tunggu...
A. Anjasyah
A. Anjasyah Mohon Tunggu... Penulis - Anak Lanange Simbo' Aminah.

Hobi/baca/tulis/Ngaji.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Manusia dan Nilai (Antara Model dan Desainer)

7 April 2023   06:00 Diperbarui: 7 April 2023   06:04 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat memiliki ruang kajian yang begitu luas. berawal dari kosmosentris, teosentris, antroposentris dan logosentris. Selalu menjadi kajian yang cukup menguras pikiran dan kantong saku, karena buku-bukunya yang kredibel terbilang cukup mahal. Namun jangan khawatir kawan, tulisan ini tidak akan menakutimu bak gelapnya malam hari yang ketika sedang kebingungan mencari senter.

Dalam coretan kecil ini saya ingin memberikan refleksi filosofis yaitu hubungan antara manusia dan nilai. Terbilang sederhana dengan tema manusia dan nilai ini, seakan tidak ada korelasinya babar~blasss,,, kiranya saya juga mengajak pemirsa untuk sedikit mikir sejenak. Sebenarnya, apa sih yang menjadi peran bagi filsafat sehingga manusia itu di pandang dan memiliki sebuah nilai.

Pertama, kita berangkat dari hal yang sederhana yang di utarakan oleh Rene Descartes ‘Cogito Ergo Sum’ yang berarti aku berpikir maka aku ada. Artinya, orang yang ‘mikir’ apa saja yang mereka pikir menandakan bahwa dirinya person (hadir). Sederhananya ia dapat merasakan ke gunakan akal  budinya. Dengan berpikir dibarengi juga proses belajar, saat ujian orang itu bisa mengerjakan tugasnya dengan lancar tanpa adanya melihat spion kanan kiri (nyontek).

Kedua, Manusia merupakan makhluk yang suka berekspresi, di mana-mana ia ingin dapat di kenal, di puja, di cintai dan tidak juga mau untuk ldr atau di tinggal jauh (apalagi putus). Aliran eksistensialisme mengatakan bahwa manusia ada dan berada karena ia itu hadir dan tampak secara organ. Lebih dalam lagi manusia memiliki kreativitas berupa seni/budaya/tradisi dan sebagainya. Semua hal itu ingin manusia eksiskan agar orang-orang dapat tahu, oooh,,,dia yang membuat, oooh,,,mereka yang melakukan, ohhh,,,mereka melakukan pada hari tertentu. Itulah manusia.

Ketiga, Nilai, secara nominal nilai terhitung mulai dari satu. Secara eksis nilai dapat di pertimbangkan karena ada yang lebih di bawah nilai atau tidak memiliki nilai. Dalam kebaikan, nilai dapat di lihat karena adanya keburukan, seberapa besar kebaikan dapat di nilai atas adanya keburukan, cantik dapat di ukur karena ada yang jelek, manis dapat di ukur karena adanya kadar kepahitan, cool dapat di ukur karena adanya panas (bukan cool gaul).

Sekarang ‘manusia dan nilai’ dalam tinjauan filsafat. Sesuatu itu berharga karena ia memiliki unsur yang bernilai dalam kehidupan nyata. Filsafat memandang bahwa nilai adalah sesuatu yang memberikan makna dalam kehidupan. Implementasi yang di tujukan ialah dalam ruang estetika dan etika. Dalam estetika, manusia dapat memiliki nilai di ibaratkan sebagai seorang model yang memiliki tubuh seksi, langsing, mlowess dan sudah tentu proporsional tubuhnya.

Seorang desainer memiliki nafas estetika yang tinggi. Sudah tentu, mana mau kostum atau baju rancangannya di pakai oleh orang yang tidak memiliki tubuh yang proporsional nan mlowess bagaikan Syahrini dan Bos Amel pemilik Lyah Official. Dan, seorang model juga tidak mau menggunakan baju rancangan seorang desainer yang tidak memiliki reputasi atau track rekkor yang bagus dalam seni merancang karya berupa kostum.

Desainer akan mencari model yang sesuai dengan estetika dan gaya dari koleksi mereka untuk memastikan bahwa produk fashion dapat dipresentasikan dengan baik. Sebaliknya, model juga membutuhkan desainer untuk mendapatkan pekerjaan dan membangun karir mereka di industri model. Jadi, keduanya memiliki hubungan timbal balik untuk eksistensi kostum dan model secara apik untuk ditampilkan.

Dalam segi etika, manusia dapat dipandang memiliki nilai, ialah ketika ia melakukan suatu kebaikan, memiliki attitude yang sopan dan santun. Kalau kita melakukan kebaikan maka hidup kita akan bermakna dan memiliki nilai plus serta apik dalam lingkup sosial masyarakat.

Kiranya itu saja yang bisa kupersembahkan kepadamu wahai pemirsa, ikuti jika bermanfaat, cukup baca saja boleh juga dan yang pasti saya tidak memiliki larangan untuk tidak membaca. Karena agama mangajarkan Iqro’ (bacalah) jika tidak ada tulisan apalagi yang mau di baca,,, dirimu!. Sorry mulut ini sungguh eman untuk ku gunakan gibah.

Sekian,,,

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun