Tidak ada satupun manusia yang tidak pernah merasakan penolakan.
Saat lamaran pekerjaan ditolak karena tidak sesuai dengan kualifikasi, itu adalah hal  yang biasa. Jika kuliafikasinya tentang pengalaman, kamu bisa berusaha belajar atau mencari pengalaman hingga memiliki kompetensi sesuai kualifikasi yang dibutuhkan. Namun, apa yang bisa kamu lakukan saat kamu ditolak sebab hal yang kamu miliki sejak lahir, keluarga.
"Bapak bilang, pernikahan itu bukan hanya tentang dua orang. Tapi dua keluarga."
Saya memandangnya dengan mata kosong. Apa maksudnya?
"Bapak sering dengar dari Om, orang-orang di Madura itu suka kekerasan...jadi..." kalimatnya tidak dilanjutkan.
Tapi saya tau ke mana arah pembicaraan ini. Terakhir kali kami bertemu, ia bercerita bahwa Bapaknya-yang seorang dosen itu- sudah tahu perihal hubungan kami. Sama seperti teman-teman yang lain, pernikahan adalah hal yang wajar dilakukan setelah sarjana. Mungkin itu maksudnya, ia sudah memikirkan hubungan yang serius dan menyampaikan niatnya pada Bapaknya. Dan begitulah respon yang ia terima.
"Jadi... kita jalani saja, siapa tau Bapak berubah pikiran nanti. Yah, meskipun aku tidak tau kapan. Atau.... "
Dia berhenti berbicara saat melihatku menatap marah. Dia mungkin bisa membaca apa yang aku pikirkan...
Apa  yang salah dengan keluargaku? Apa salahnya aku lahir sebagai orang Madura? Kenapa saya ditolak karena hal-hal yang sudah melekat padaku sejak lahir? Beraninya Bapakmu!
"Tapi bukan hanya Omku. Informasi  dari media selama ini juga..."
Tidak. Ternyata dia tidak bisa membaca pikiranku. Jika bisa, beraninya dia memberikan alasan lain untuk membenarkan penolakan itu.