Mohon tunggu...
Ustadzi Hamzah
Ustadzi Hamzah Mohon Tunggu... Freelancer - Penggiat studi agama, peminat isu sosial-keagamaan, golek dalan supaya ndalan

Tinggal di Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ujung Kita Tidak Berujung

25 Mei 2020   11:27 Diperbarui: 25 Mei 2020   11:29 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ungkapan Gibbon dan Storr ada benarnya, karena dengan melihat sejarah zaman, banyak sebuah karya besar dimulai dari kejeniusan dalam suasana “kesendirian” seseorang. Sebutlah misalnya Republic-nya Plato atau Rhetoric-nya Aristoteles merupakan karya dari suasana “kesendirian” mereka. 

Demikian juga karya-karya besar lainnya, seperti lukisan Monalisa-nya Leonardo da Vinci. Sufi-sufi besar seperti Ibn ‘Arabi, Abu Yazid, Rabi’ah ‘Adawiyah, dan al-Ghazali menghasilkan karya magnum opus-nya dalam suasana kesendirian. Dari “sendiri” kita bisa banyak “memberi”. Yang kita berikan bukan materi, tetapi kebaikan, karya besar, dan kepedulian. Inilah “spiritualitas dan kreativitas” seperti diungkapkan oleh Storr di atas.

Nah, berlebaran dalam suasana “kesendirian”, kita memang tidak bisa ujung –berkunjung ke sanak saudara, namun kita bisa membangun spiritualitas kita dengan cara menghayati perjalanan waktu ini sebagai sebuah episode yang di situ kita dituntut untuk melakukan “sesuatu”. 

Kita memang berada pada situasi social loneliness, dan kita tidak menyerah pada situasi ini. Situasi ini adalah kekuatan. Ini adalah bagian dari kebaikan-kebaikan yang harus kita tempuh.

Dalam “kesendirian” ini, kita memiliki banyak waktu untuk menciptakan kebaikan-kebaikan lain di atas kebaikan ini, baik kepada anak-anak kita untuk selalu mendampingi mereka, keluarga kita yang selalu hanya mendapatkan sisa waktu kita, atau orang tua kita yang jarang kita telpon karena kesibukan kita, atau tetangga sebelah yang jarang kita sapa.

Kita bisa saling mendukung dan mendoakan antar teman, antar saudara, antar kolega, dan lain sebagainya. Jangan anggap hal-hal ini bukan sebuah “karya besar”. Ini adalah “karya besar” kita. Inilah barakah yang selama ini kita pahami. Dukungan dan doa kita kepada semuanya akan membangun kedekatan dan keakraban (intimacy), dan ini juga kebaikan. 

Pada saat kita memiliki kebaikan-kebaikan ini semua, kebaikan-kebaikan itu akan terus dirasakan secara mendalam oleh kita dan orang-orang di sekitar kita melampaui ada batas waktu dan tempat. Kebaikan itu tidak pernah berujung, abadi selama kebaikan itu memberi kebaikan yang lebih luas. Ujung kita tahun ini tidak berujung. Wallahu a’lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun