Mohon tunggu...
Ussy Gina Sabrina
Ussy Gina Sabrina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Administrasi Pembangunan Negara

State Development Administration Student

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menimbang Untung Rugi Penerapan ERP di Jakarta

30 Maret 2024   00:00 Diperbarui: 30 Maret 2024   00:05 4067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumbSistem Jalan Berbayar Elektronik DKI Jakarta. (Foto: Antara) 

Reaksi masyarakat terhadap rencana penerapan sistem ERP (Electronic Road Pricing) jalan berbayar di Jakarta telah beragam. Ada yang mendukung karena melihat kemampuan ERP untuk mengurangi kemacetan, tetapi ada juga yang menolak karena khawatir akan biaya tambahan.

Analisis sentimen dari 1.819 tweet di Twitter menunjukkan bahwa 28,72% bersentimen negatif, 18,24% bersentimen positif, dan 53,04% bersentimen netral. Tweet positif biasanya membahas keuntungan ERP, seperti kemungkinan mengurangi kemacetan dan meningkatkan penggunaan transportasi publik. 

Sementara tweet negatif berfokus pada biaya ERP dan bagaimana hal itu akan berdampak pada tingkat masyarakat berpenghasilan rendah. Meskipun ERP dapat mengurangi kemacetan, ada kekhawatiran bahwa sistem ini dapat mengganggu pengguna jalan, terutama dengan pendapatan rendah . Oleh karena itu, sangat penting bagi pemerintah untuk memastikan bahwa penerapan ERP dilakukan secara adil dan inklusif, dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap seluruh lapisan masyarakat.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana menerapkan sistem jalan berbayar elektronik dikenal sebagai Electronic Road Pricing(ERP), di 25 ruas jalan di ibu kota. Kendaraan yang melintasi jalan berbayar harus memiliki alat On Board Unit (OBU), yang mengandung uang elektronik yang secara otomatis didebit saat kendaraan melewati pemindai jalan berbayar. Untuk kendaraan yang melintasi 25 jalan utama kota Jakarta, Electronic Road Pricing (ERP) yang akan diterapkan. Kendaraan yang terkena dampak ERP termasuk mobil dan sepeda motor, tetapi tidak termasuk sepeda listrik, kendaraan dengan plat kuning, kendaraan operasional pemerintah, kendaraan militer TNI dan Polisi.

Beberapa ruas jalan yang direncanakan akan dikenakan sistem ERP:  

Jalan Pintu Besar Selatan  
Jalan Gajah Mada  
Jalan Hayam Wuruk  
Jalan Majapahit  
Jalan Medan Merdeka Barat  
Jalan Moh Husni Thamrin  
Jalan Jend Sudirman  
Jalan Sisingamangaraja  
Jalan Panglima Polim  
Jalan Fatmawati (Simpang Jalan Ketimun 1-Simpang Jalan TB Simatupang)  
Jalan Suryopranoto  
Jalan Balikpapan  
Jalan Kyai Caringin  
Jalan Tomang Raya  
Jalan Jenderal S Parman (Simpang Jalan Tomang Raya-Simpang Jalan Gatot Subroto)  
Jalan Gatot Subroto  
Jalan MT Haryono  
Jalan DI Panjaitan  
Jalan Jenderal A Yani (Simpang Jalan Bekasi Timur Raya-Simpang Jalan Perintis Kemerdekaan)  
Jalan Pramuka  
Jalan Salemba Raya  
Jalan Kramat Raya  
Jalan Pasar Senen  
Jalan Gunung Sahari  
Jalan HR Rasuna Said  

Tarif ERP yang disarankan berkisar antara Rp5.000 dan Rp19.000. Misalnya, biaya perjalanan satu arah di Jl. Sudirman membentang dari Jakarta Selatan ke Jakarta Pusat berkisar dari Rp5.000 hingga Rp19.000.  
 
Pejabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengatakan bahwa pendapat masyarakat akan sangat penting untuk pertimbangan kebijakan ini. Dia telah mengundang warga untuk memberikan pendapat mereka tentang rencana penerapan ERP.
Meskipun demikian, perlu diingat bahwa setiap opsi memiliki masalah. Peningkatan layanan transportasi umum, misalnya, akan memerlukan waktu dan dana yang signifikan. 

Sebaliknya, membatasi kendaraan dengan nomor plat ganjil genap mungkin tidak efektif jika tidak disertai dengan undang-undang yang ketat. Oleh karena itu, meskipun alternatif-alternatif tersebut harus dipertimbangkan, penerapannya memerlukan penelitian dan persiapan yang cermat. Hal yang paling penting adalah menemukan solusi yang paling efektif dan adil untuk setiap penduduk Jakarta.

Apakah ERP benar-benar bermanfaat bagi semua orang meskipun mereka dapat mengurangi kemacetan di kota Jakarta? Bagaimana dengan mereka yang tidak dapat membayar tarif ERP setiap hari? Apakah mereka perlu mengeluarkan lebih banyak uang untuk transportasi atau menghabiskan lebih banyak waktu di jalan?  
Saya percaya bahwa mempertimbangkan kepentingan semua pihak adalah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah. Mungkin sudah waktunya kita memikirkan cara menjadikan Jakarta menjadi kota yang lebih ramah bagi semua orang, bukan hanya bagi mereka yang kaya.

Dengan status saya sebagai warga Jakarta, saya dapat merasakan dampak langsung dari kemacetan kota. Saya mengetahui bahwa pemerintah sedang berusaha untuk menemukan solusi untuk masalah ini. Namun, saya berharap solusi yang ditawarkan tidak hanya berfokus pada aspek teknis, tetapi juga mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat. 

Menurut pendapat saya, Electronic Road Pricing (ERP) atau sistem jalan berbayar di Jakarta adalah langkah progresif dan penting dalam mengatasi masalah kemacetan yang semakin parah di kota ini. ERP adalah sistem yang memungut biaya kepada pengendara yang melintasi jalan-jalan tertentu selama jam operasional. Biaya ini akan berdampak pada keputusan pengendara apakah mereka akan menggunakan kendaraan pribadi mereka atau beralih ke transportasi umum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun