Mohon tunggu...
Usniaty
Usniaty Mohon Tunggu... Jurnalis - Publisher

â–¡ Spesifikasi Komunikasi Massa, Publisher, Trampil menulis melalui berbagai flatform media, penulis, esai, sastra, artikel, dan penulis buku Ontologi Sastra Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Pohon Jarak dan Sungai

19 Desember 2018   19:58 Diperbarui: 19 Desember 2018   20:55 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Dikisahkan tentang pohon jarak pohon jarak tersebut tumbuh di pinggir sungai pedesaan yang jauh di pelosok negeri

Seorang gadis kecil duduk di bawah pohon jarak yang cukup Rindang itu batang pohon jarak sudah cukup tua, hingga ranting-rantingnya sudah memanjang dan condong ke arah Sungai. Saban hari daun-daunnya yang sudah kering jatuh berguguran ke dalam Sungai dan hanyut menuju ke lautan luas.

Gadis kecil itu pun memetik daun jarak, yang masih dapat dicapai oleh tangannya. Rencananya daun pohon jarak itu akan dipergunakan untuk mengobati tangannya yang terluka.

Gadis kecil itu sering ke batang pohon jarak yang ada di pinggir sungai tersebut, karena ia dari keluarga yang kurang mampu, hingga tak kan mungkin ke tempat berobat lainnya yang memerlukan ongkos.

Karena daun-daunnya sering diambil ,getahnya pun juga sering diambil, sampai tangkai tangkai pun juga sering diambil oleh gadis kecil itu, maka kini batang pohon jarak tersebut, lambat laun berubah, dan pohon jaraknya meranggas.

Kembali gadis kecil itu datang, dan kini Rencananya akan memotong akar-akar yang menjuntai ke sungai, juga akan digunakan sebagai obat.

Akhirnya, pohon jarak itu lambat laun sudah mulai berguguran daun-daunnya, batangnya, dan ranting-rantingnya menjadi kering.

Bila dipahami pengandaian pohon jarak dan sungai itu,  adalah ibarat orang tua punya tanggung jawab yang besar  terhadap anak-anaknya.

Kasih sayangnya yang sangat besar, ibarat sungai yang menampung dan keluhan anak-anaknya. Dan bila sampai batas waktu, kemampuannya telah habis, maka tinggallah dirinya pun Andaikan akan dikurbankan maka tentu hal itu akan dilakukannya.

Akan tetapi, Pernahkah dalam lubuk hati anak-anaknya memikirkan kesusahannya? meringankan beban nya? menghibur hatinya? atau mencukupinya?  mungkin iya, bagi anak-anak yang berbakti, dan mengerti bahwa karena keberadaannya adalah titipan Tuhan kepada orang tuanya, maka anak itu juga merasa bertanggung jawab kepada Tuhannya, bahwa Iya berkewajiban meringankan beban orang tuanya. Bahkan tak pernah anak  itu memikirkan untuk menyusahkan orang tuanya, malah di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, dia ingin membahagiakan Ayah dan Ibunya, demi pertemuan dengan Tuhannya kelak. Dia akan membuat Tuhannya tersenyum. Ketika anak itu akan berkata "Wahai Tuhanku ampunilah dosa-dosaku dan dosa kedua orang tuaku dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu aku masih kecil"

Anak itu akan berkata "Wahai Tuhanku, cukupkah hidupku di dunia ? Tidak cukup. Karena aku belum sanggup membahagiakan kedua orang tuaku, Aku belum sanggup menghapus air matanya, aku belum sanggup untuk memberinya kebahagiaan, dan keceriaan setiap hari, itulah yang aku sesali ingin hidup selamanya berbuat seperti itu, demi menebus segala dosa-dosa dan kesalahanku kepada mereka."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun