Ndeso...........?
Ndeso...........?
Ndeso........................!
Ndeso........................!
Melihat mu sekilas ..aku sudah tau
Kamu....
Melihatmu berkata-kata aku sudah tau
Kamu.....
Melihatmu lukisan jiwa
Hati dan perasaan saling mencengkram
Terjembab ke jurang yang curam
Seperti puisiku .....
Ini ndeso.....
Kamu..... menghancurkan aku
Ndeso......
Coba kamu bercermin lama
Ouuuu..tetap ndeso....
Setahun berlalu ndeso....harubirukan rasaku
Tiada gapaian ku...
Tiada angin... sapaÂ
Ndeso.....aku merindukan.... pohon yang rindang
Ku ingin memeluk bantal kapuk di bawahnya
Di atas para-para.
Matikan lampu ketika mau tidur
Agar berkurang letih....
Ndeso aku tak ingat lagi
Letih benar sangat letih
Aku di cambuk keadadaan....
Â
Ndeso......
Silih berganti pukulan batin menerpa...
Hingga tiba berteduh disuatu pohon yang rindang
Dan pohon itu rubuh menimpaku
Ndeso....
Hahahahaa
Aku tertawa ...
Menguatkan hati...
Ndeso....
Namun hatiku tetap menangis..
Memeluk bantal kapuk di atas para-para
Merenungi hidup ini kejam.....
Mesti sabar dan kuatkan hati jiwa raga...
Tetapi.....
Angin menuliskan pesan
Hendaklah sabar dan ikhlas...
Melihat kebahagiaan orang...
Sabar dan ikhlas pula..
Meniti waktu yang sangat pahit
Kerna wahai Ndeso...
Hari ini baik-baik saja
Semoga esok selamanya baik-baik saja
Berhentilah.. wahai prahara...
Kaki sudah tak kuat lagi....
Menulis Ndeso di titian masa..
Ndeso di dunia prahyangan...
Ndeso ...aku letih..
Kenapa hanya satu saja
Yang membuat aku kehilangan...riang
Bila tidak melihat angin...
Mendamaikan kampung ku...
Kamu Ndeso.....
*Palopo,4.11.2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H