Mohon tunggu...
Usmar Hanafi
Usmar Hanafi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

perantau, pekerja sosial.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bukan Mimpi Jakarta Jadi Ibukota Internasional

8 September 2012   11:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:45 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernahkah Anda mendengar pertanyaan dari orang luar negeri where's Indonesia? Is it near Bali? Pasti Anda sudah mafhum dengan hal tersebut. Ya, Indonesia memang sudah kalah terkenal dengan Bali. Bahkan kepopuleran Pulau Dewata tersebut berhasil menenggelamkan nama ibu kota Indonesia itu sendiri, DKI Jakarta.

Lalu apa kurangnya Jakarta dibandingkan Bali? Ya tentu Jakarta tidak punya pantai-pantai seindah Bali, tidak punya pegunungan yang menawan dan desa-desa eksotis nan mistis. Tapi, nyatanya saat ini Jakarta telah berupaya  menjadikan dirinya sebagai kota dengan berbagai pameran dan aktivitas kelas dunia.

Misalkan saja berbagai pameran automotif yang digelar di Jakarta. Dunia automotif memang seperti pisau bermata dua. Di satu sisi jumlahnya yang luar biasa akan menimbulkan masalah di sisi lain justru menawarkan banyak prestasi.

Contohnya,  prediksi tembusnya penjualan mobil 1 juta unit di tahun ini. "Jika ini berhasil maka kita akan masuk dalam kelompok elit kelompok negara 1 juta unit," ujar Sudirman MR, Ketua Umum GAIKINDO, dalam konferensi pers 20th Indonesia International Motor Show 2012 baru-baru ini.

Target tersebut cukup realistis mengingat potensi pasar di Indonesia cukuplah besar. Maklum, Indonesia memang memiliki jumlah penduduk yang luar biasa besar.

Untuk dunia automotif, masuk ke dalam kelompok 1 juta unit memang pretensius. Jika ini terjadi maka Indonesia akan menjadi kelompok negara elite di dunia automotif. Tidak kalah dengan Thailand dan India. Kegubernuran DKI cukup berperan banyak dalam acara ini. Kesiapan Jakarta dalam menyelenggarakan pameran automotif yang akan dibuka Wakil Presiden Boediono itu tidak boleh dipandang sebelah mata.

Selain IIMS, adalah ajang Otoblitz International Classic Car Show (OICCS) yang membuat Indonesia terutama  Jakarta masuk ke dalam radar kancah automotif dunia. Ajang yang baru digelar selama lima kali itu justru berhasil menempatkan diri sebagai pesta atau pameran mobil klasik terbesar di Asia.

Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo memang  menginginkan jika ajang pameran otomotif seperti Otoblitz International Classic Car Show (OICCS) 2011 yang memasuki tahun kelimanya bisa masuk dan semakin dikenal ke tingkat internasional.

Fauzi Bowo punya alasan khusus mengapa dirinya tertarik membuka ajang OICCS 2011 karena Jakarta adalah ibukota internasional dan  ibukota international selalu memiliki ajang internasional. Ia mencontohkan Frankfurt di Jerman yang memiliki autoshow (pameran mobil) tahunan . "Dan saya kira Jakarta harus memilikinya dan kita wajib membuat show ini," ujarnya
Hasilnya memang sesuai keinginan Fauzi Bowo. Acara tersebut mendapatkan sorotan luas tidak hanya di media nasional tapi juga media asing terutama di kawasan Asia. Mereka segera menyadari bahwa Jakarta ternyata mampu memposisikan diri sebagai salah satu kota dengan basis mobil klasik terbesar di Asia. Dan lebih penting lagi Jakarta dibawah kepemimpinan Fauzi Bowo telah dibawa ke arah ibukota internasional.
Upaya mengangkat nama Jakarta di pentas internasional yang dilakukan Fauzi Bowo tidak melulu fokus pada dunia automotif. Fauzi Bowo juga mendukung penuh berbagai kegiatan yang mampu memasukkan nama Jakarta dalam peta internasional. Misalkan saja Java Jazz, Jakarta Great Sale, pertandingan golf tingkat internasional dan makin intensnya kegiatan Sister City yang digelar di Jakarta.

Mungkin pencapaian di atas terdengar remeh karena bisa jadi banyak dianggap terlalu elitis. Bahkan cenderung hedonis. Bagi mereka Jakarta memang perlahan tapi pasti bertransformasi menjadi ibukota internasional. Sayangnya, masih banyak orang beranggapan sebagai ibukota internasional, Jakarta kurang berhasil mengatasi masalah-masalah mendasar yang ada di Jakarta.

Banyak orang prihatin dengan kemiskinan di Jakarta. Orang di Jakarta juga mudah stress karena kemacetan yang menggurita. Banjir juga membuat siapa saja menderita.

Hal ini memang menjadi celah yang paling tidak bisa mencederai impian Fauzi Bowo menjadikan Jakarta sebagai ibukota internasional. Di periode kedua pencalonannya, dia pun harus  serius menangani problem-problem tersebut.

Jalan bertingkat-tingkat yang biasa kita lihat di kota-kota internasional untuk mengurai kemacetan, harus segera mulai direalisasikan. Transportasi massal  perlahan-lahan perlu ditingkatkan kualitasnya dan transportasi berbasis rel mulai ditambah variannya.

Jika memang ingin menjadikan Jakarta menjadi ibukota internasional Fauzi Bowo memang perlu menjadikan hal tersebut dalam skala prioritas tinggi.  Sebab, dalam upayanya untuk menjadikan Jakarta sebagai ibukota internasional lewat program-program khusus saya rasa dia cukup berhasil. Sekarang, saatnya bagi Fauzi Bowo membuat Jakarta menjadi lebih utuh lagi sebagai ibukota internasional dengan mengatasi masalah-masalah mendasar yang ada di Jakarta.

Dan semoga saja ketika ada orang asing menanyakan Anda dari mana? Anda bisa dengan bangga menyebutnya dari Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun