Mohon tunggu...
Usman Wahab
Usman Wahab Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Nama saya Usman Wahab, saudaranya Usman bin Affan. Saya berasal dari bumi, tentangganya planet mars. Saya suka matcha rasa rumput. Saat ini saya memiliki 5 buku antologi, berjudul antara lain; Menggugah diri, Makhluk aneh itu bernama semangat, Mari bercerita tentang kegelisahan hari ini, Pesan untuk kini dan nanti, Kemiskinan dalam ragam sisi. Hubungi saya di Instagram @usman_useman.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Efek Dopamin Secara Berlebihan, Mengapa Hal Ini Tidak Baik?

14 November 2024   15:24 Diperbarui: 14 November 2024   15:27 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Dopamin adalah zat kimia di otak yang membuat kita merasa senang dan termotivasi. Contohnya, ketika kita makan makanan favorit atau berhasil mencapai tujuan, dopamin di otak kita meningkat, memberikan rasa kepuasan. Namun, terlalu banyak dopamin bisa berdampak buruk bagi kesehatan kita, baik secara fisik maupun mental. Terlalu sering mencari kesenangan instan dapat membuat kita terjebak dalam kebiasaan yang tidak sehat.

Salah satu dampak utama dari terlalu banyak dopamin adalah ketergantungan. Misalnya, jika seseorang terlalu banyak menghabiskan waktunya ber-media sosial tanpa tujuan, terus-menerus bermain game atau tidak memperhatikan asupan makanan, otak akan terus mencari cara untuk mendapatkan perasaan senang itu lagi. Hal ini bisa merusak hubungan dengan orang lain dan mengganggu kehidupan sehari-hari. Ketergantungan semacam ini bisa membuat seseorang kehilangan kendali atas hidupnya dan kesulitan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Terlalu banyak dopamin juga bisa menyebabkan gangguan mental seperti skizofrenia. Orang dengan skizofrenia memiliki kadar dopamin yang sangat tinggi di otaknya, yang bisa menyebabkan halusinasi dan delusi. Hal ini menunjukkan bahwa keseimbangan dopamin sangat penting untuk kesehatan mental kita. Tanpa keseimbangan, otak kita bisa berfungsi dengan cara yang tidak normal, mempengaruhi cara kita berpikir dan merasakan.

Selain itu, dopamin yang berlebihan bisa membuat kita lebih impulsif dan cenderung mengambil keputusan yang buruk. Misalnya, kita mungkin menghabiskan uang secara boros atau melakukan hal-hal tanpa memikirkan akibatnya. Perilaku ini bisa merugikan kita dalam jangka panjang. Impulsivitas seperti ini sering kali diikuti dengan penyesalan dan stres, yang hanya memperburuk kondisi mental kita.

Fenomena ini semakin relevan di era digital saat ini, terutama di kalangan anak-anak muda yang cenderung ingin serba instan. Media sosial seperti TikTok dan Instagram sering kali memberikan hiburan instan yang memicu peningkatan dopamin. Konten-konten yang cepat dan menarik ini bisa membuat kita sulit fokus pada hal-hal yang lebih penting dan membutuhkan waktu lebih lama, seperti belajar atau bekerja. Ini bisa menyebabkan kita kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi dan bekerja dengan efisien.

Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat mengubah cara kita fokus. Konten-konten pendek yang terus-menerus kita lihat bisa membuat kita kesulitan untuk berkonsentrasi pada tugas yang memerlukan perhatian lebih lama. Anak-anak muda yang terbiasa dengan konten instan ini mungkin mengalami kesulitan dalam belajar atau bekerja dengan efektif. Ini karena otak mereka terbiasa dengan stimulasi cepat dan tidak terbiasa dengan tugas yang membutuhkan fokus dan ketekunan.

Selain media sosial, kebiasaan lain yang bisa menyebabkan dopamin berlebihan adalah konsumsi makanan manis atau junk food. Makanan tinggi gula dan lemak bisa memicu lonjakan dopamin yang besar di otak, memberikan rasa senang yang instan. Namun, kebiasaan ini bisa menyebabkan masalah kesehatan seperti obesitas dan diabetes, serta mempengaruhi kesehatan mental kita.

Dalam pandangan Islam, menjaga keseimbangan dan kontrol diri adalah kunci untuk mencapai kehidupan yang baik dan sehat. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an: "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi..." (QS. Al-Qasas: 77). Ayat ini mengajarkan kita untuk mencari keseimbangan antara kebutuhan dunia dan akhirat, serta menghindari perilaku yang merusak diri sendiri.

Kita semua sering merasa cemas tentang masa depan. Namun, ada beberapa cara untuk menghadapinya. Salah satunya adalah menjaga keseimbangan dalam hidup, antara bekerja, istirahat, dan bersenang-senang. Terlalu banyak bekerja atau terlalu banyak bersantai, keduanya tidak baik. Keseimbangan ini membantu kita menjaga kesehatan mental dan fisik, serta memungkinkan kita untuk hidup lebih harmonis.

Mendekatkan diri kepada Allah melalui sholat dan doa dapat memberikan ketenangan jiwa. Keyakinan bahwa Allah memiliki rencana terbaik untuk kita dapat mengurangi kecemasan dan memberikan rasa damai. Islam mengajarkan bahwa setiap ujian dan tantangan memiliki hikmah, dan dengan bersabar, kita bisa menghadapi semua itu. Keimanan dan doa memberikan kita kekuatan untuk bertahan di masa-masa sulit.

Hidup di saat ini adalah kunci lain untuk mengatasi kecemasan tentang masa depan. Sering kali, kita khawatir tentang apa yang akan terjadi dan lupa menikmati saat ini. Fokus pada apa yang bisa kita lakukan sekarang dan percaya bahwa usaha kita akan membuahkan hasil yang baik. Hidup di saat ini berarti kita menjalani setiap momen dengan penuh kesadaran dan kebijaksanaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun